Jumat, 11 Desember 2009

Satuan dan Dimensi

Catatan : Untuk Pasal ini perlu diingatkan catatan pada Pasal II tulisan ini

V. Satuan Usaha/Energy, Daya/Power dan Elektromagnetik.

5.1. Satuan Usaha atau Kerja (FL atau ML2T-2).
Bila suatu gaya bekerja pada sebuah objek dan objek itu berpindah sejauh L selama gaya itu bekerja maka dikatakan gaya telah melakukan usaha atau kerja (“work”) sebesar gaya x L .
Pada Sistim Dinamis, dimensi gaya dapat dilambangkan oleh MLT-2 sehingga lambang dimensi usaha adalah MLT-2 x L = ML2T-2. ( Karena yang didefinisikan adalah massa, sedang gaya dihitung – lihat Pasal 2.2). Pada Sistim Statis, lambang dimensi usaha atau kerja adalah F x L = FL (Karena gaya didefinisikan dulu, sedang massa dihitung).
Satuan usaha/kerja dalam Sistim Dinamis Besar adalah satuan gaya x satuan jarak/panjang yaitu 1 newton x 1 meter = 1 newton-meter. Satuan ini disebut 1 joule disingkat J, artinya
1 joule(J ) = 1 newton-meter.
Untuk Sistim Dinamis Kecil - cgs, satuan usaha atau kerjanya adalah 1 dyne x 1 cm = 1 dyne-cm. Nilai ini disebut 1 erg. Jadi
1 erg = 1 dyne-cm.
Dapat dihitung 1 joule = 105 dyne x 100 cm = 107 erg.
Satuan usaha/kerja dalam Sistim Statis Besar adalah 1 kgf-meter = 1 kgf-m.
Walaupun dalam buku-buku sains Sistim Statis tidak dipakai, satuan usahanya atau disebut juga satuan kerja mekanisnya masih tetap dipakai dalam ilmu-ilmu teknik, dan kita akan membicarakannya lagi nanti.
Satuan usaha atau kerja dalam dalam Sistim Statis Kecil adalah 1 gf-cm.
Pada Sistim Inggeris, satuan usaha atau kerjanya juga dua macam yaitu untuk masing-masing Sistim MLT dan Sitim FLT.
Satuan usaha Sistim Inggeris – MLT adalah 1 poundal-ft, dan satuan usaha untuk Sistim Inggeris – FLT adalah 1 lbf-ft. Kedua satuan ini tetap dipakai sampai sekarang termasuk dalam buku-buku teknik, dan akan dibicarakan lagi nanti..

5.2. Satuan Daya (FLT-1 atau ML2T-3)
Daya atau “power” adalah besarnya usaha/kerja yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu. Satu satuan daya adalah daya sebesar satu satuan usaha per satuan waktu. Lambang dimensi satuan daya untuk Sistim Statis/FLT adalah FL/T atau FLT-1, sedang lambang dimensi satuan daya untuk Sistim Dinamis/MLT adalah ML2T-2/T atau ML2T-3.
Dalam Sistim Dinamis Besar (MLT) satu satuan daya adalah 1 joule per second. Angka ini didefinisikan sebagai 1 watt, atau dengan perkataan lain
1 watt = 1 J/s.
Dalam Sistim Statis Besar, satuan daya adalah 1 kgf-m/s.
Dalam bidang teknik ditentukan besaran daya
1 Tenaga Kuda (HP) = 75 kgf-m/s.
Dari Pasal 2.3 diketahui 1 kgf = 9,806 65 N, maka:
1 HP = 75 x 9,806 65 N-m/ sec = 735,498 75 N-m/sec dibulatkan
1 HP = 736 watt.
Untuk Sistim Ingeris, ditentukan 1 HP = 550 lbf-ft/sec, dan dihitung:1 lbf = 0,454 kgf.
Bila dihitung kedalam satuan metrik maka 1 HP = 550 x 0,454(kgf/lbf) x 0,3048(m/ft) x 9,806 65 (N/kgf)/s = 746,370 N-m/s = 746,37 N-m/s dibulatkan 1 HP = 746 watt.
Besaran 1 HP yang berbeda-beda tersebut tetap dipergunakan tergantung sistimnya.
Bila memakai Sistim Statis 1 HP = 75 kgf-m/s = 736 watt, dan bila memakai Sistim Inggeris 1HP = 550 lbf/s = 746 watt .
Dalam Sistim Internasional (yang dibahas pada Bab khusus), kecendrungan memakai 1 HP = 746 watt namun istilah Tenaga Kuda (HP) tidak masuk dalam SI sebab HP adalah satuan teknik/engineering.
Untuk penyederhanaan, dalam bidang teknik sering dipakai nilai 1 HP = 750 watt.
Catatan :Lihat juga Tabel 8.3.6. (Faktor Konversi).

5.3. Satuan Tenaga atau Energy (FL atau ML2t-2).
Tenaga adalah hasil perkalian daya dengan waktu-pakai daya tersebut. Apabila misalnya suatu daya sebesar 1 watt dipakai selama 1 jam maka tenaga atau energy yang terpakai adalah 1 watt x 1 jam = 1 wattjam.disingkat 1 Wh. Apabila daya sebesar 1 kilowatt (= 1.000 watt) dipakai selama 1 jam maka tenaga/energy terpakai adalah 1 kilowattjam disingkat 1 kWh.
Maka 1 kWh disebut satuan tenaga/energy
Lambang dimensi tenaga/energy didapat dari hasil kali lambang dimensi daya dikalikan lambang dimensi waktu. Jadi untuk Sistim Statis lambang dimensi tenaga/energy adalah FL, dan untuk Sistim Dinamis lambang dimensi tenaga/energy adalah ML2T-2.
Itu berarti lambang dimensi satuan tenaga/energy adalah sama dengan lambang dimensi satuan usaha, jadi: Masing masing satuan usaha adalah sejenis dengan satuan tenaga/energy dan karenanya dapat saling dikonversikan. Contoh :
1 kWh = 1.000 Joule x 1 jam/detik = 3.600.000 Joule = 3.6 x 106 N-m.
Tenaga/energy yang dibicarakan diatas dihitung dari waktu pakai dari suatu daya, dan karenanya disebut sebagai tenaga/energy mekanis. Untuk penyederhanaan, dari beberapa jenis energy, satuan-satuan yang akan dibahas disamping satuan energy mekanis adalah satuan energy panas dan satuan energy listrik.
Kita akan membicarakan lagi dasar-dasar satuan enrgy panas dan listrik ini dalam pasal tersendiri dibawah ini.

5.3.1. Pengertian Panas
Ada dua kategori dalam membicarakan panas:
Hal yang berhubungan dengan kwalitas panas disebut temperatur, dan yang berhubungan dengan kwantitas panas disebut banyaknya panas atau energy panas.

Temperatur – Pada awalnya ada tiga macam skala untuk mengukur temperatur, yaitu skala Celsius, skala Fahrenheit dan Reamur. Skala Reamur sangat jarang digunakan dan karena itu tidak dibahas dalam tulisan ini.
Seorang bernama Celsius mengukur temperatur air yang hampir membeku dan memberi angka 0 pada thermometer. Kemudian diukur temperatur air yang sedang mendidih pada tekanan atmosfer, maka petunjuk pada thermometer diberi angka 100. Jarak antara titik 0 dan 100 dibagi rata dan diberi nilai 0, 1, 2, 3, dan seterusnya sampai 100. Skala dibagi rata karena thermometer yang dipakai adalah jenis air raksa, dimana pemuaiannya hampir sama pada setiap temperatur yang diukur.
Seorang bernama Fahrenheit melaukan hal yang sama, namun pada air yang sedang membeku diberinya nilai 32 dan pada air mendidih diberi nilai 212. Jarak antara 32 dan 212 dibagi rata dalam 180 bagian, dan diberi angka sesuai posisinya. Dengan skala yang sama, dibuat garis bagi kebawah sampai didapat nilai 0.
Dari penjelasan diatas diartikan 0oC sama dengan 32oF, dan skala 1 oF sama dengan 180/100 skala 1 oC atau skala 1 oF = 1,8 oC. Bila temperatur diberi lambang t maka dapat dirumuskan hubungan:
toF = (toCx1,8)+32 atau toC = (toF-32)/1,8
Seorang bernama Kelvin mengamati, terjadinya perubahan fasa dari gas menjadi cair adalah karena merapatnya molekul-molekul atau berkurangnya jarak getaran molekul suatu zat akibat turunnya temperatur. Begitu pula perubahan fasa dari cair menjadi padat adalah akibat berhentinya gerakan molekul sehingga makin rapat dan hanya bisa bergetar. Apabila temperatur diturunkan lagi getaran molekul makin lambat dan akhirnya berhenti sama sekali ketika temperature mencapai batas terendah. Kelvin menemukan bahwa semua zat di alam ini akan membeku dan semua molekulnya akan berhenti bergetar pada temperatur -273,15 oC. Temperatur tersebut dinamakannya 0 derajad mutlak atau 0 K. Dapat dipahami bahwa temperature Kelvin berhubungan dengan termodinamika, sehingga temperatur Kelvin disebut sebagai temperatur termodinamika. Skala yang dipakai Kelvin sama dengan skala yang dipakai Celsius, sehingga 0oC = 273,15 K dan 100oC = 373,15 K. Dengan demikian hubungan temperetur Kelvin dengan Celsius dapat ditulis:
tK = toC + 273,15 atau toC = tK – 273,15..
Hubungan temperature Kelvin dengan Fahrenheit terlihat dalam 373,15 K = 212oF , 273,15 K = 32 oF dan skala 1 K = 1 oF/1,8 sehingga dihitung:
tK = (toF + 459,67)/1.8
Seorang bernama Rankine membuat skala berdasarkan skala Fahrenheit, namun temperatur 0 oR dibuat sama dengan 0 K. Dengan demikian tititk didih air adalah 1,8 x 373,15 oR = 671,67 oR dan titik beku air 1,8 x 273,15 oR = 491,67 oR. Maka didapat hubungan temperatur Kelvin dan Rankine :
tK = toR/1,8
Lambang dimensi temperatur ditetapkan t dalam oC atau oF dan T dalam K.

Tenaga Panas - Telah dibuktikan bahwa salah satu jenis tenaga/energy adalah panas. Oleh karena itu ditetapkan suatu satuan untuk tenaga/energy panas, satuan mana dapat dikonversikan kedalam satuan tenaga mekanis.
Dalam Sistim Metrik, satuan banyak panasnya disebut 1 kalori disingkat kal atau cal.
Satu kalori adalah banyak panas yang diperlukan untuk menaikkan temperatur 1 grammassa air sebesar 1 oC (Celsius) dari temperatur 14,5 oC ke 15,5 oC pada tekanan atmosfir.
Dari berbagai percobaan didapatkan bahwa ternyata banyak panas yang diperlukan untuk menaikkan temperature air sebesar 1 oC relatif hampir sama disetiap temperatur, sehingga kata-kata “14,5 oC ke 15,5 oC” tidaklah terlalu berarti secara teknis.
Dalam Sistim Inggeris, satuan banyak panasnya disebut 1 British Thermal Unit (1 BTU).
Satu Btu adalah banyak panas yang diperlukan untuk menaikkan temperature 1 lbmassa air sebesar 1o F{Fahrenheit) dari temperatur 63o F ke 64o F pada tekanan atmosfir. Sesuai penjelasan diatas, secara teknis, batasan antara 63o F dan 64o F tidaklah terlalu berarti.
Dari percobaan-percobaan didapatkan konversi antar sesama tenaga panas dan antara tenaga panas dengan tenaga mekanis sebagai berikut (angka-angka dibulatkan):
1 kalori (kal) = 4,2 Joule = 4,2 N-m = 4,2 kgmassa-m/s2.
1 kilo kalori (kkal) = 1.000 kal = 4200 Joule.
1 Btu = 252 kal = 778 lbf-ft .Tenaga listrik1 kWh setara dengan tenaga panas 3,6 x 106 Joule = 857,1428 kkal = 3.401,3 BTU. Walaupun setara, SI menetapkan bahwa ukuran tenaga selain tenaga listrik tidak dibolehkan memakai satuan kWh. Satuan SI untuk tenaga/energy hanya Joule, kecuali untuk energy listrik boleh dalam kWh (Lihat Bab VIII).

5.3.2. Satuan Tenaga Panas dan Thermodinamika
Pengetahuan tentang energy panas/thermodinamika diperlukan tidak hanya dalam bidang teknik mekanika,kimia,fisika dan teknik lainnya namun juga dalam bidang perdagangan.

MMBTU, MBtu dan MJ/GJ – Untuk menentukan nilai jual bahan penghasil energy panas seperti bahan bakar minyak, gas dan batubara misalnya, harga sering dinyatakan dalam satuan US $ per MMBTU (Million British Thermal Unit). Cara penulisan MM ini sesungguhnya tidak tepat karena M diartikan ribu, dan MM diartikan juta, jadi singkatan tak sesuai dengan kepanjangannya. Karena itu Standar Internasional (SI) , menghapuskan cara penulisan seperti ini dan harus disesuaikan dengan “SI Prefixes” seperti dinyatakan dalam Tabel 8.1.3 namun sampai saat ini cara penulisan dalam perdagangan masih dipakai. Berdasarkan SI Prefixes, seharusnya M diartikan mega yang berarti juta, sehingga penulisan MMBTU seharusnya MBtu. Oleh karena satuan energy dalam SI adalah joule dengan singkatan J, maka seharusnya MBtu dikonversi kedalam MJ (mega joule) atau GJ (giga joule) dimana 1 MBtu = 1055,056 MJ = 1,055056 GJ.
Penentuan harga jual seperti itu didasarkan bahwa panas pembakaran (calorific value) dari bebagai jenis minyak, berbagai jenis gas maupun batubara karena masing-masing jenis tidak menghasilkan jumlah panas yang sama per satuan volume atau persatuan berat bahan yang dibakar.
Secara ringkas, berikut ini diberikan definisi-definisi dan beberapa pengertian:

Sifat/Property – Sifat atau property suatu zat adalah karakter yang dapat diamati dari suatu zat atau suatu system. Sejumlah jenis sifat yang “independent” menentukan keadaan atau state dari zat tersebut (padat, cair atau gas). Sifat thermodinamika yang umum adalah temperatur ( T ), tekanan ( P ), dan specific volume ( ) atau massa jenis ( ). Sebagai tambahan sifat termodinamika adalah internal energy ( u ), enthalpy ( h ), dan entropy ( s ). Sifat yang dimaksud disini adalah sifat inidividu zat, baik dalam proses fisika maupun bukan , namun tidak termasuk sifat yang berhubungan dengan proses kimia seperti pembakaran dan reaksi kimia lain.

Temperatur – Satuan temperatur sudah dijelaskan pada Pasal 5.3.1 diatas.

Tekanan – Telah dijelaskan pada Pasal 4.4 satuan tekanan pada Sistim FLT adalah kgf/m2 dan pada Sistim MLT adalah N/m2 (= pascal). Pada Sistim Inggeris – FLT, satuan tekanannya adalah lbf/ft2 dan pada Sistim Inggeris – MLT adalah poundal/ft2.

Panas - Panas adalah bentuk tenaga yang dapat dialirkan/dipindahkan dari suatu benda ke benda lainnya akibat perbedaan temperatur. Penambahan panas pada suatu bahan dapat menaikkan temperaturnya atau mengubah fasanya, misalnya mengubah air (fasa cair) menjadi uap (fasa gas).
Sebagai contoh proses penambahan panas, kita amati air dalam suatu wadah tertutup. Apabila air dipanaskan, panas yang diberikan akan menaikkan temperatur air, sampai pada temperatur dimana sebagian air mulai menguap (berubah menjadi fasa gas). Pada keadaan tersebut, yaitu pada saat adanya percampuran fasa cair (air) dengan fasa gas (uap), penambahan panas tidak akan menaikkan temperatur sampai seluruh air berubah menjadi uap. Jika seluruh air telah menjadi uap (fasa gas) dan pemanasan dilanjutkan maka barulah temperatur uap akan naik, dan uap tersebut disebut “superheated steam”. Keadaan dimana fasa cair berubah menjadi uap, disebut temperatur uap kenyang atau “saturated”. Temperatur uap kenyang ditentukan oleh tekanan pada permukaan air dalam wadah. Makin tinggi tekanan, makin tinggi temperatur uap kenyangnya..

Panas jenis / specific heat – Panas jenis suatu zat adalah jumlah panas yang diperlukan untuk menaikkan temperatur satu satuan massa zat tersebut sebesar satu derajat. Dalam satuan MLT-cgs, massa adalah dalam gram-massa, temperatur dalam oC dan satuan panas adalah kalori, maka panas jenis air adalah 1 kal/g.oC. Begitu pula dalam satuan MLT- Inggeris, massa adalah dalam lb-massa, temperatur dalam oF dan satuan panas adalah Btu, maka panas jenis air adalah 1 Btu/lb.oF. Perlu diingat, nilai panas jenis suatu zat bervariasi, tergantung temperatur dan tekanan.

Specific volume – Specific volume ( ) dari suatu zat adalah volume yang dimiliki oleh satu satuan massa dari zat tersebut. Satuannya m3/kg atau dalam satuan Inggeris cu-ft/lb.

Internal energy – Internal energy ( u ) dari suatu zat adalah energy yang tersimpan dalam suatu zat yang disebabkan interaksi dari molekul-molekulnya. Satuan internal energy adalah satuan energy (panas) per satuan massa misalnya kal/g, atau k.kal/kg atau dalam satuan Inggeris Btu/lb.

Enthalpy – Enthalpy ( h ) adalah salah satu karakter suatu zat yang didefinisikan dengan formula h = u + P. . Mari kita telaah satuan P. dalam sistim FLT yaitu (kgf/m2) x (m3/kg) menjadi kgf.m/kg ternyata satuan energy per satuan massa. Bila dalam Sistim MLT, satuan P. adalah (N/m2) x (m3/kg) menjadi N.m/kg atau J/kg yang juga satuan energy per satuan massa. Jadi satuan enthalpy sama dengan satuan internal energy yaitu satuan energy per satuan massa. Yang perlu diperhatikan adalah faktor pengali atau pembagi sewaktu mengkorversikan satuan energy mekanis menjadi satuan energy panas.

Entropy – Entropy (s) adalah ukuran energy yang ditentukan oleh ketidak beraturannya suatu zat, jadi sifat ini dapat dikatakan misterius. Dapat juga diartikan sebagai yang terbuang dalam suatu proses thermodinamika. Misalnya sewaktu expansi uap dalam suatu turbin, bila entropy tetap, tidak ada energy yang terbuang. Bila ada gesekan misalnya maka entropy membesar/naik, maka ada energy yang terbuang dan tidak dapat diubah menjadi kerja/usaha. Suatu ekspansi zat/gas/uap yang paling efisien terdapat pada proses “constant entropy”. Proses tersebut dinamakan proses “isentropic”.
Satuan entropy sama dengan satuan enthalpy dan satuan internal energy.

Karakteristik energy kimia – Karakteristik energy kimia suatu zat yang yang umum adalah energy panas pembakaran (oksidasi), panas hasil reaksi ikatan kimia dua atau lebih zat (yang bukan dengan oksigen), dan panas hasil reaksi penguraian kimia suatu zat. Ini meliputi calorific value, reaksi exotherm dan reaksi endotherm. Karakteristik energy kimia yang dibicarakan disini tidak termasuk energy nuclear.

Calorific value – didefinisikan sebagai nilai banyaknya panas yang dihasilkan pada pembakaran satu satuan massa bahan bakar padat atau cair.Untuk bahan bakar gas, nilai ditentukan dari hasil pembakaran satu satuan volume pada tekanan standard/atmospheric.
Bahan bakar padat yang umum adalah batubara dengan berbagai jenis kelembaban, tingkat volatilitas dan nilai abu (ash) teertentu, memiliki calorific value antara 6 800 – 14 300 Btu/ lb. Dengan uraian pada Pasal 5.3.1, nilai tersebut bisa dikonversikan kedalam k.kal / kg dan satuan lainnya. Makin rendah kelembaban dan volatilitas batubara, makin tinggi calorific value-nya.
Bahan bakar cair yang umum adalah bahan bakar minyak (fosil) yang diolah dari crude oil menjadi diesel fuel (solar), gasoline (bensin), kerosene (minyak tanah), burning fuel (minyak bakar), residue dan sebagainya. Calorific value dari bahan bakar minyak fosil berkisar antara 15 000 – 20 000 Btu/lb.
Bahan bakar gas yang umum adalah gas alam (natural gas). Gas alam pada umumnya terdiri dari bagian terbesar methane (CH4), sebagian kecil hydrocarbon lain khususnya ethane (C2H6). Juga terdapat sedikit carbon dioksida (CO2) dan nitrogen (N2) dan kadang- kadang juga mengandung hydrogen sulfide (H2S). Apabila natural gas dihasilkan dari ladang minyak, biasanya gas akan tercampur dengan hydrocarbon yang berat (rantai carbon lebih panjang) dan biasanya perlu pemisahan dengan proses khusus.
Gas alam dipasarkan bisa dalam bentuk gas (dialirkan melalui pipa ke pemakai) dan bisa juga dalam bentuk cair dengan dmampatkan/bertekanan tinggi disebut liquefied petroleum gas (LPG). Untuk mempermudah transportasi, gas alam yang tanpa proses dikompresi menjadi liquefied natural gas (LNG). Di Indonesia LPG dipakai untuk konsumen dalam negeri sedang LNG diexport ke pembeli di luar negeri.
Calorific value dari gas alam berkisar antara 950 – 1300 Btu/cu.ft pada tekanan standard.

Reaksi exotherm – Reaksi exotherm adalah reaksi kimia penggabungan atau pemisahan antara dua atau lebih unsur atau molekul yang mengeluarkan/menghasilkan panas. Sebagai catatan, oksidasi atau pembakaran adalah termasuk reaksi penggabungan exotherm.

Reaksi endotherm – Reaksi endotherm adalah reaksi kimia penggabungan atau pemisahan dua atau lebih unsur atau molekul yang memerlukan tambahan panas atau energy yang dibutuhkan untuk berlangsungnya proses reaksi..

Hukum Pertama thermodinamika – Hukum pertama thermodinamika menyatakan bahwa energy tidak bisa diciptakan dan tidak bisa dihilangkan, namun energy hanya dapat berubah bentuk. Untuk suatu sistim yang berada dalam keadaan steady dapat dikatakan bahwa jumlah energy yang masuk sama dengan jumlah energy yang keluar dari sistim. Bila diaplikasikan pada boiler, turbin, dan peralatan lain dengan cara mengubah panas menjadi kerja atau sebaliknya mengubah kerja menjadi panas, hukum ini dituliskan dengan bentuk formula:
Q + h1 = W + h2
dimana Q = (energy) panas yang masuk kedalam sistim
W = (energy) kerja yang keluar dari sistim
h1 = enthalpy dari fluida yang masuk kedalam sistim
h2 = enthalpy dari fluida yang keluar dari sistim
Terlihat bahwa Q, W dan h dapat dijumlah atau diperkurangkan, artinya satuan-satuannya adalah sama yaitu Btu atau kalori, karena energy panas dapat dikonversikan menjadi energy kerja (mekanis) seperti telah diuraikan sebelumnya.

Boiler – Pada boiler tidak ada kerja (mekanis) yang dihasilkan, maka aliran panas yang masuk sistim semuanya akan berubah menjadi kenaikan enthalpy. Maka pada boiler, tidak ada W, maka panas yang diberikan oleh bahan bakar diubah menjadi kenaikan enthalpy air yang masuk (h1) menjadi enthalpy uap yang dikeluarkan boiler (h2). Dan formula hukum pertama menjadi Q = h2 – h1.

Turbin Uap – Turbin uap justru mengubah panas dari fluida yang masuk menjadi kerja mekanis W, namun uap yang keluar dari turbin setelah ber-ekspansi tetap masih memiliki enthalpy (h2). Dalam hal ini terjadi penurunan enthalpy uap yang masuk (h1) menjadi enthalpy uap yang keluar (h2) dan menghasilkan kerja (mekanis) W, dan karena panas yang hilang kecil dan dapat diabaikan, dianggap tidak ada penambahan atau pengurangan panas Q. Formula hukum pertama menjadi W = h1 – h2.
Pada turbin uap pembangkit listrik, turbin memutar generator, sehingga W diubah menjadi energy listrik, seperti terdapat pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).
Walaupun tidak termasuk thermodinamika, berikut diberikan sedikit penjelasan tentang turbin air, untuk perbandingan dengan turbin uap.

Turbin Air – Air yang masuk kedalam turbin air memiliki kecepatan tinggi setelah energy potensial air (pada tempat yang tinggi) diubah menjadi energy kinetis dalam pipa pesat yang menuju turbin. Disini faktor energy panas tidak berpengaruh, jadi hanya berlaku hukum kekekalan energy. Pada turbin air pembangkit listrik, turbin memutar generator, sehingga mengubah energy kinetis (mekanis) menjadi energy listrik, seperti terdapat pada Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).

Hukum Kedua Thermodinamika – Walaupun ada kesetaraan energy panas dengan kerja (energy mekanis) tidak berarti kita dapat mengubah bentuk-bentuk energy sebebasnya. Hukum kedua thermodinamika dinyatakan dalam berbagai bentuk formula dan pernyataan, yang secara sepintas tidak terlihat hubungan masing-masing pernyataan tersebut. Dalam pembicaraan ini yang akan dibahas adalah salah satu bentuk pernyataan hukum kedua yang menyatakan: “Semua energy kerja dapat diubah menjadi panas, namun tidak semua energy panas dapat diubah menjadi energy kerja”.
Perbandingan antara jumlah energy kerja yang dapat dihasilkan dari total energy panas yang terlibat dinyatakan sebagai efisiensi konversi yang diberi notasi e.
Maksimum besarnya e dihitung pada keadaan yang disebut ideal: Misalkan ada sumber panas dengan temperatur tetap yang tinggi T1, dimana bagian panas yang tak dapat diubah menjadi kerja ditampung pada suatu reservoir misalnya atmosfir atau air dalam jumlah sangat besar sehingga penambahan panas tidak dapat mengubah temperaturnya yang rendah T2, dan media kerja yang cocok misalnya uap atau udara yang menggerakkan piston atau torak dalam silinder yang kedap gas. Dianggap piston bergerak tanpa gesekan dalam silinder yang dibuat, sehingga panas dari sumber temperatur tinggi mengalir ke media kerja (menggerakkan piston) dan membuang sisa panas ke reservoir temperatur rendah T2. Seorang bernama Sadi Carnot menunjukkan keadaan ideal apabila:
- Panas yang dialirkan dari sumber panas ke media kerja (fluida kerja) dipindahkan pada temperatur tertinggi yang mungkin yaitu temperatur sumber T1.
- Panas yang tak dapat diubah menjadi energy kerja ditolak menuju temperatur paling rendah yang mungkin yaitu temperatur reservoir T2.
- Expansi dari media (fluida) kerja dari T1 ke T2, dan juga kompresi dari T2 ke T1 terjadi tanpa gesekan atau perpindahan panas.
Dari syarat-syarat ideal diatas didapat maximum efisiensi:
= e = (T1 – T2)/T1 = 1 – T2/T1
dimana W = kerja yang dihasilkan
Q = panas yang masuk ke media (fluida) kerja.
Formula diatas juga merupakan pernyataan dari hukum kedua. Jelas terlihat bahwa tak mungkin W = Q , karena e tidak mungkin =1.

Jumat, 25 September 2009

Dasar-Dasar Tata Bahasa-Bahasa Indonesia

4. Mengenal arti kata dari asal kata
Bahasa Indonesia terbentuk dari induk bahasa Melayu, yang seiring perjalanan waktu diperkaya oleh berbagai bahasa daerah dari seluruh wilayah nusantara. Sebetulnya sebagian kosa kata bahasa Melayu sendiri berasal dari berbagai bahasa asing seperti Cina, Arab, India, Potugis, Belanda dan Inggeris.
Peng”indonesiaan” bahasa-bahasa asing tersebut semula berjalan normal sesuai dialektika bahasa Melayu yang cukup modern pada jamannya. Namun dalam perkembangan teknologi yang makin modern, peng”indonesian” bahasa asing menjadi lebih rumit.
Penterjemahan kata asing sering tidak sejalan dengan pengertian dalam teknologi, sehingga seorang insinyur misalnya, bisa tidak mengerti arti kosa kata dalam tulisan mengenai teknik yang dibuat dalam bahasa Indonesia hasil terjemahan. Ia bisa lebih mengerti apabila ditulis dalam bahasa aslinya misalnya bahasa Inggeris.
Begitu juga dalam bidang-bidang lainnya.
Dalam pengertian kosa kata ada beberapa sumber yang dapat diperhatikan:

Akar kata
Suatu kata yang asli dapat terbentuk dari apa yang disebut akar kata. Akar kata biasanya berupa satu suku kata yang diambil dari sifat yang “sejenis” atau “setara” dalam dialek atau suara Melayu.
Dengan pengertian terhadap akar kata, seorang yang berbahasa ibu bahasa Melayu akan mudah mengerti maksud kata itu, walaupun dibolak balik ataupun huruf hidupnya diganti. Beberapa contoh akar kata dapat diberikan sebagai berikut:
- at , bandingkan kesetaraan kosa kata: kilat, cepat, silat, sikat, lompat.
- ap , bandingkan kesetaraan kosa kata: gelap, sulap, endap, sekap.
- gamang, geming : takut (aslinya takut jatuh).
- morat-marit : hancur/dikalahkan, berantakan.
- luluh-lantak : habis/musnah.
- ling, bandingkan kestaraan kosa kata : guling, galing (goyah, mudah jatuh), giling, (ber)paling.
- lung dan lang, bandingkan kesetaraan gulung, kalung, gelung, gelang
- haru-biru : sangat sedih
- it , bandingkan kesetaraan kosa kata : sulit, pelit, sempit.
- lam , bandingkan kesetaraan kosa kata : malam, kelam, selam, dalam.
- kibar, kobar, debar, dengan pengertian bergelora.
.
Akar kata juga dapat terbentuk dari suara yang dikeluarkan sesuatu, menurut telinga suatu masyarakat. Ayam disebut berkokok karena masyarakat Melayu mendengar suara ayam “kokok”.
Hal yang sama terjadi pada masyarakat Jawa Barat (Sunda), karena mereka mendengar suara ayam “kukuruyuk”, maka dalam bahasa Sunda disebut ayam kukuruyuk. Selain itu dapat diberikan pula :
- meong , suara kucing.
- cicit , suara burung atau suara tikus.
- lenguh , suara sapi atau kerbau.
- embik atau embek , suara kambing.
- aum , suara harimau.
Kosa kata suara-suara diatas adalah menurut pendengaran orang Melayu, menjadi bahasa Indonesia.

Kata asli dan terjemahan
Seperti dijelaskan diatas, sebenarnya sangat sedikit kosa kata yang berasal dari akar kata bahasa di Nusantara. Sebagian besar berasal dari bahasa Arab, Cina, India, Portugis, Spanyol, dan Inggeris. Oleh karena pemakaian kosa kata itu sejalan dengan dialek Melayu yang kemudian menjadi dasar Bahasa Indonesia, tanpa terasa, kosa kata tersebut telah menjadi kosa kata asli Bahasa Indonesia.
Berbeda dengan kosa kata yang diterjemahkan belakangan, karena tidak dipakai dalam budaya Melayu sebelumnya, kosa kata tersebut tetap saja terasa tidak asli. Nah, penterjemahan yang disebut terakhir inilah yang penulis maksud sering tidak sesuai dengan pengertian sunggguhnya. Hal ini lumrah terjadi karena bahasa bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri, tetapi berkembang bersama dengan bidang budaya lain.
Oleh karena budaya Melayu sebelumnya belum cukup moderen, maka bahasa Melayu yang menjadi cikal bakal Bahasa Indonesia belum cukup moderen, sehingga jumlah kosa katanya tak mampu menunjang perkembangan teknologi moderen. Muncullah terjemahan-terjemahan yang kadang-kadang tak cocok dengan maksud kosa kata itu dalam bahasa aslinya.
.
Penulis berpendapat, lebih baik memakai kosa kata aslinya dalam bahasa asing yang ditulis dengan ejaan bahasa Indonesia dari pada mencari-cari padanan atau terjemahan kedalam bahasa Indonesia. Penterjemahan yang dipaksakan sering membingungkan.
Keuntungan lain dalam memakai kosa kata asli untuk istilah ekonomi, teknik dan sains adalah membiasakan pengguna untuk memakai istilah-istilah yang berlaku secara internasional, sehingga memudahkannya untuk berkomunikasi dalam bidang tersebut secara global.
Cara ini dipraktekkan oleh Malaysia.

Kata yang diciptakan
Seiring dengan perkembangan teknologi, menemukan kosakata asli untuk sesuatu yang baru menjadi sulit. Para pakar menciptakan kosakata tertentu baik berupa singkatan maupun berupa kata baru yang bunyinya mendekati kosakata bahasa asingnya.
Contoh :
rudal sebagai terjemahan “guided missile” adalah singkatan dari peluru kendali;
dampak adalah kata ciptaan, yaitu padanan kata “impact” dalam bahasa Inggeris.

Kata yang digali dari bahasa daerah di Nusantara
Banyak kosakata yang tadinya tidak ada dalam Bahasa Indonesia, diambil dari hasil penelusuran bahasa-bahasa daerah di Nusantara, ada yang sengaja dicari ada pula yang diusulkan oleh anggota masyarakat yang peduli.
.
Ditemukanlah kosakata :
- mantan sebagai pengganti kata “bekas” (pejabat) yang diambil dari suatu bahasa daerah di Sumatera Selatan, contoh: mantan lurah, mantan menteri, mantan presiden dan sebagainya, sebagai pengganti ungkapan bekas lurah, bekas menteri, bekas presiden.
- canggih sebagai terjemahan yang cocok untuk kata “sophisticated”, diambil dari bahasa daerah Jawa.

Kata asing yang ditulis dalam ejaan Bahasa Indonesia, sesuai bunyi aslinya
Pembentukan kosakata dengan cara ini sangat menguntungkan, karena pemakai akan terbiasa mendengar ucapan bahasa asing aslinya, sehinggga memudahkan komunikasi secara global.
Contoh:
- teknologi (technology), tsunami (tsunami), enerji (energy), filosofi (philosophy), kandidat (candidate), stimulus (stimulus – dari kata kerja stimulate), koperasi (cooperation), mikro-hidro (micro-hydro), mekanik (mechanic), mekanis (mechanical), biologi (biology), rotasi (rotation), donasi (donation), dan sangat banyak kata lainnya.
Apabila kata-kata jenis tersebut diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia dengan kosakata yang “dipaksakan”, justru dapat mengaburkan artinya yang benar, dan pada tahap tertentu menghambat komunikasi dalam bahasa asing.

Jumat, 21 Agustus 2009

Satuan danDimensi

Catatan: Untuk Pasal ini perlu diingatkan catatan pada Pasal II tulisan ini.

IV. Kecepatan, Percepatan, Tekanan dan Kecepatan Aliran

4.1. Kecepatan ( L/T atau LT-1 )
Kecepatan adalah jarak yang ditempuh dalam satuan panjang setiap satuan waktu.
Ada dua macam kecepatan, kecepatan linear untuk gerak lurus dan kecepatan sudut untuk gerak melingkar.Pasal 4.1 Lambang dimensi kecepatan (linear) menggambarkan panjang per satuan waktu yaitu L/T atau LT-1. Satuan kecepatan dan percepatan sudut pada gerak melimgkar dibahas dalam Pasal 4.3.

Kecepatan dalam Sistim Metrik
Beberapa satuan kecepatan dalam sistim metrik :
1 km/jam = 1.000 m/60 menit = 16,6666 m/menit
1 km/jam = 1.000 m/3.600 detik = 0,2777 m/detik
Satuan kecepatan lain merupakan turunan dari km/jam (km/hr) atau m/detik (m/s). Berdasarkan ketentuan SI tahun 1971, satuan kecepatan hanya m/s.

Kecepatan dalam Sistim Inggeris
Beberapa satuan kecepatan dalam Sistim Inggeris :
1 mile/hour(jam) disingkat 1 mph = 1.760 yd/60 menit = 29,3333 yd/menit
Juga 1 mph = 5.280 ft/3.600 sec = 1,4666 ft/sec atau 1,4666 fps
Satuan kecepatan lain dalam sistim ini merupakan turunan dari mph atau fps.

4.2. Percepatan ( L/T2 atau LT-2 )
Percepatan adalah pertambahan kecepatan setiap satuan waktu. Oleh karena kecepatan adalah L/T maka lambang dimensi percepatan adalah L/T/T yaitu L/T2 atau LT-2

Percepatan dalam Sistim Metrik
Beberapa satuan percepatan dalam Sistim Metrik :
1 km/jam2 = 1.000 m/602 menit2 = 0,2777 m/menit2 = 0,2777 m/min.2
1 km/jam2 = 100.000 cm/3.6002 detik2 = 0,0077 cm/detik2 = 0,0077 cm/s.2
Satuan percepatan lainnya tetap merupakan turunan dari km/jam2 (km/hr2) atau meter/detik2 (m/s2). Ketentuan SI tahun 1971 menetapkan satuan percepatan hanya m/s2.

Percepatan dalam Sistim Inggeris
Beberapa satuan percepatan dalam Sistim Inggeris :
1 mile/s2 , 1 ft/s2 , 1 in/s2 dan sebagainya.

4.3. Sudut, Kecepatan Sudut dan Percepatan Sudut
Untuk keperluan pembahasan ini, sudut hanya diartikan sebagai ruang bidang datar yang dibatasi oleh pertemuan dua garis lurus yang tidak sejajar yang berada pada bidang datar, jadi tidak membicarakan sudut ruang (sudut tiga dimensi). Titik dimana dua garis yang tidak sejajar bertemu disebut titik sudut. Sudut yang terbentuk diukur dalam derajad sudut, yang besarnya antara 0 – 360 derajad. Sudut yang besarnya kurang dari 90o disebut sudut lancip, yang persis 90o dinamakan sudut siku-siku dan yang lebih besar dari 90o tapi kurang dari 180o disebut sudut tumpul. Sudut yang lebih besar dari 180o tidak diberi nama khusus. Setiap derajad sudut dapat dibagi menjadi 60 menit sudut, dan tiap menit sudut terdiri dari 60 detik (second) sudut.
Kecepatan sudut adalah besarnya sudut yang dibentuk suatu titik yang bergerak melingkar. Apabila untuk suatu gerak satu lingkaran penuh dibutuhkan waktu t detik, maka kecepatan sudut disebut 360o/t. Penyebutan derajad per detik tidak praktis, karena umumnya ukuran kecepatan sudut jauh lebih besar dari 360o . Maka untuk lebih praktis dipakai satuan radian dimana satu lingkaran atau 360o = 2 radian, dimana adalah bilangan sebesar (dibulatkan) 3,141 595.
Singkatan radian adalah rad, jadi satuan kecepatan sudut adalah 1 rad/second atau 1 rad/s. Misalnya, kecepatan 1 putaran per detik disebut 2 rad/s.
Sering kali kecepatan sudut dinyatakan dalam putaran/rotasi per menit (rpm), dan bila diubah menjadi satuan rad/s dihitung
1 rpm = 2 rad/60 sec0nd = rad/30 s.
Misalnya sebuah mesin berputar dengan kecepatan 1500 rpm, artinya = 50 rad/sec
Dengan pengertian bahwa percepatan sudut adalah pertambahan kecepatan sudut maka didapatkan satuan satuan percepatan sudut 1 rad/s2 .

4.4. Tekanan dan Tegangan (FL-2 atau ML-1t-2)
Apabila suatu gaya bekerja pada suatu bidang dengan luas tertentu maka terjadi tekanan atau tegangan. Jika arah gaya tegak lurus menuju bidang itu, terjadi “tekanan” dan apabila gaya tegak lurus mengarah keluar bidang akan terjadi “tegangan”.
Lambang dimensi dari tekanan maupun tegangan adalah sama yaitu besaran gaya dibagi luas bidang kerjanya. Untuk Sistim MLT (Sistim Dinamis), lambang dimensinya adalah MLT-2/L2 = ML-1T-2. Untuk Sistim FLT (Sistim Statis), lambangnya adalah F/L2 = FL-2.
Dalam Sistim MLT, satuan tekanan/tegangan adalah kgm/m.s2 atau = newton/m2. Satuan tekanan ini disebut pascal, disingkat Pa.
Jadi 1 Pa = 1 N/m2.
Dalam Sistim FLT/Statis, satuan tekanan adalah kggaya/m2 = 1 kgf/m2.
Oleh karena satuan 1 kgf/m2 terlalu kecil, dipakai satuan turunannya yang lebih besar yaitu 1 atmosfer teknik atau ditulis 1 atmtek = 1 kgf/cm2 = 104 kgf/m2 = 9.81 x 104 Pa. Angka ini dan angka-angka berikut adalah hasil pembulatan, untuk angka yang lebih tepat dapat dilihat pada Bab VIII.
Tekanan udara luar disepakati disebut 1 atm standard atau ditulis 1 atmstd = 1,0328 kgf/cm2 = 1,0328 x 104 x 9,81 N/m2 . Dapat ditulis
1 atmstd = 1,0132 x 105 Pa.
Dalam sehari-hari dipakai satuan yang bulat dan ditetapkan 1 bar = 105 Pa.
Dalam Sistim Inggeris-FLT, satuan tekanannya adalah lbf/ft2 dan lbf/in2 disingkat psi.
Apabila dikonversi, 1 lbf /ft2 = 47,88 Pa sedang 1 psi = 6,8947 x 103 Pa.
Dalam Sistim Inggeris-MLT, satuan tekanannya adalah poundal/ft2 (= lbm.ft/s2.ft2).
Dapat dikonversikan 1 poundal/ft2 = 1.4882 Pa .

4.5.Kecepatan Aliran (L3T-1 atau MT-1)
Ada beberapa macam jenis satuan kecepatan aliran, diantaranya kecepatan aliran dalam volume per satuan waktu, kecepatan aliran dalam massa per satuan waktu, kecepatan aliran energy atau panas per satuan waktu dan lain-lain. Dalam Pasal ini pembahasan hanya untuk dua jenis yang disebut pertama yaitu aliran dalam volume dan aliran massa per satuan waktu.Adapun aliran energy atau panas akan dibicarakan dalam Bab lain dari buku ini.

4.5.1. Kecepatan Aliran Volume (L3T-1)
Kecepatan aliran volume adalah adalah volume yang mengalir dalam satu satuan waktu. Lambang dimensi kecepatan aliran volume adalah L3/T = L3T-1
Beberapa satuan kecepatan aliran volume dalam dalam Sistim Dinamis Besar (MLT) dan Sistim Statis Besar (FLT) adalah :
1 m3/jam = 1.000 liter/3.600 detik = 0,2777 liter/detik = 277,7 ml/s..
Konversi ke Sistim Inggeris 1 m3/detik = 35,33 cuft/s atau
1 liter/s = 2,1198 cfm.
Beberapa satuan kecepatan aliran volume dalam Sistim Inggeris adalah :
1 cu-ft/min disingkat 1 cfm = 1.728 cu-in/60 second = 28,8 cu-in/s.
Bila dikonversi ke Sistim Metrik
1 cfm = 0,4727 liter/s
1 US Gallon / menit disebut 1 US GPM = 3,785 liter per menit
1 IMP Gallon / menit disebut 1 IMP GPM = 4,546 liter per menit
1 US Gallon / hari disingkat 1 US GPD

4.5.2. Kecepatan Aliran Massa (MT-1 atau FTL-1)
Kecepatan aliran massa adalah massa yang mengalir dalam satu satuan waktu. Lambang dimensi kecepatan aliran massa dalam Sistim Dinamis adalah M/T = MT-1. Karena lambang dimensi massa untuk Sistim Statis adalah FT2L-1, maka lambang dimensi kecepatan aliran massa dalam Sistim Statis adalah FT2L-1 / T = FTL-1.
Beberapa satuan kecepatan aliran massa dalam Sistim Dinamis Besar adalah :
1 kgm/menit = 1.000 gm / 60 detik = 16,6666 gm/s.
Perlu diingat bahwa penulisan kgm dan gm diatas hanya untuk membedakan saja sebab secara internasional penulisannya hanya kg dan g untuk pernyataan massa.
Pada Sistim Inggeris dengan satuan MLT, satuan kecepatan aliran massa adalah 1 lbm/s. Untuk satuan FLT, satuan kecepatan aliran massa adalah 1 slug/s .
Satuan kecepatan aliran massa ini natinya dipakai dalam rumus-rumus yang berhubungan dengan perhitungan energy pada pasal-pasal lain nantinya.

Kamis, 06 Agustus 2009

Dasar-Dasar Tata Bahasa-Bahasa Indonesia

3. Menyusun Kalimat
Kalimat yang sempurna dibentuk oleh tiga bagian: pokok kalimat (subjek/subject), sebutan (predikat/predicate), pelengkap/pelengkap penderita (objek/object).
Pokok kalimat harus berupa kata ganti atau kata benda atau yang dibendakan. Sebutan harus berupa kata kerja.
Pelengkap bisa berupa kata benda atau yang dibendakan, kata ganti sesudah kata depan, keterangan waktu, keterangan tempat atau lainnya.

Kalimat aktif
Kalimat aktif adalah kalimat dimana pokok kalimat melakukan kerja yang dinyatakan oleh kata sebutan yang berupa kata kerja dengan awalan me atau ber. Beberapa contoh:
- Ia merangkai bunga.
Ia = pokok kalimat (kata ganti), merangkai = sebutan (kata kerja transitif), bunga = pelengkap penderita (kata benda). Oleh karena sebutan merupakan kata kerja transitif, maka harus diikuti kata benda bunga.
- Kuda itu berlari kencang.
Kuda = pokok kalimat, berlari = sebutan (kata kerja intransitif), kencang = pelengkap (kata keterangan/sifat). Oleh karena sebutan merupakan kata kerja intransitif, maka tidak harus diikuti oleh kata benda, dalam kalimat ini oleh kata keterangan/sifat.
- Saya memberi si Polan uang.
Saya= pokok kalimat, memberi = sebutan, uang = pelengkap penderita (object), si Polan = pelengkap penderita tak langsung (indirect object).
- Saya memberi uang pada si Polan.
Dalam kalimat ini, uang = pelengkap penderita (object), si Polan = pelengkap (karena sesudah kata depan, dalam bahasa Inggeris dinamakan prepositional object).
- Saya menerima uang dari si Polan.
Saya = pokok kalimat, menerima = sebutan, uang = pelengkap penderita (object), si Polan = pelengkap (karena sesudah kata depan, dalam bahasa Inggeris dinamakan prepositional object).
- Ia terjatuh ke dalam jurang.
Ia = pokok kalimat, terjatuh = sebutan (kata kerja intransitif), ke dalam jurang = pelengkap. Disini walaupun pokok kalimat tidak sengaja, tapi ia melakukan kerja jatuh.
Berikut beberapa kata kerja yang apabila dipakai sebagai sebutan yang diberi awalan ter, kalimat yang terbentuk adalah kalimat aktif
termakan - terjatuh - termenung - tercengang - terhenti - tersenyum - tertawa – dllsb.

Dibawah ini diberikan contoh-contoh kalimat aktif yang menyalahi tatabahasa dan terasa janggal, namun sering dipakai media tulisan atau berita televisi. (Catatan: Contoh-contoh kalimat sejenis pernah dicontohkan pula dalam pasal yang membahas jenis kata dan pasal yang membahas awalan dan akhiran. Disini contoh dipakai dalam hal membentuk kalimat, jadi bukan dimaksud sebagai duplikasi dari penjelasan).
.
- Para perusuh melempari batu kepada petugas keamanan (?) “melempari batu” berarti melemparkan sesuatu kepada batu, padahal maksudnya melemparkan batu lebih dari sekali kepada petugas keamanan.
Harusnya: Para perusuh melempari petugas keamanan dengan batu. Disini petugas keamanan adalah pelengkap penderita, sedangkan dengan batu adalah keterangan, bukan pelengkap penderita.
Kalimat semula/yang salah tak bisa diterjemahkan kedalam bahasa Inggeris akibat salah tata bahasa; kalimat yang telah dibetulkan dapat diterjemahkan: The rioters threw the security officials by stones.
.
- Mayat korban kecelakaan pesawat udara itu berhasil dievakuasi (?)
“berhasil” adalah kata sifat yang menerangkan kata kerja evakuasi. Namun kata berhasil tidak boleh dipakai dalam kalimat pasif, tetapi selalu dalam kalimat aktif. Dari arti katanya pun, berhasil adalah kata keterangan untuk kata kerja evakuasi (dalam bahasa Inggeris successfully), bukan kata keadaan yang menerangkan kata benda mayat (bukan successful), bukan kata benda (success), dan dalam kalimat itu tidak pula dipakai sebagai kata kerja (succeed).
Kalimat yang betul: Para penolong berhasil mengevakuasi mayat korban kecelakaan pesawat udara itu. Bila diterjemahkan kedalam bahasa Inggeris: “The rescuers successfully evacuated the corps of the aircraft crash victims”.
Sangat tidak cocok terjemahannya menjadi kalimat: “The corps of the aircraft crash victims were successfully evacuated”(?).
.
- Para korban akhirnya gagal diselamatkan
- Walau sepuluh mobil pemadam kebakaran dikerahkan, kobaran api gagal dipadamkan.
Pada dua kalimat terakhir, kata gagal tidak dipakai sebagai sebutan/kata kerja, tetapi sebagai kata sifat yang menerangkan sebutan. Sama seperti kata berhasil, kata gagal harus pada kalimat aktif dimana pokok kalimat melakukan kerja, jadi gagal harus diikuti kata kerja berawalan me. Jadi kalimat yang betul adalah:
"(Petugas/Penolong) gagal menyelamatkan para korban".
"Walau….., regu pemadam gagal memadamkan kobaran api".
.
- Dalam pertemuan itu kedua kepala Negara membahas mengenai kerjasama pertahanan(?) “membahas” adalah sebutan/predikat yang berupa kata kerja transitif, jadi harus langsung diikuti kata benda (pelengkap penderita/object) tanpa selipan kata kerja lainnya (mengenai). Dalam suatu kalimat hanya ada satu sebutan/predikat!
Kalimat yang betul: "Dalam pertemuan itu kedua kepala Negara membahas kerjasama pertahanan".
Tanpa kesulitan dapat diterjemahkan kedalam bahasa Inggeris: "In the meeting, both Government Heads discussed the defence cooperation".
.
- Pelaku menyiram bensin ke tubuh korban. (Dari berita TV).
Dalam kalimat ini terjadi kesalahan. “menyiram” = sebutan dengan kk transitif, jadi harus langsung diikuti pelengkap penderita. Kalau “bensin” dianggap sebagai pelengkap penderita (object) maka sebutannya harus “menyiramkan” dan kalimat yang betul:
“Pelaku menyiramkan bensin ke tubuh korban”, dimana “tubuh korban” adalah “prepositional object” seperti penjelasan diatas. Namun kalau “tubuh korban” yang dianggap sebagai pelengkap penderita (object) harus langsung sesudah kk transitif, sehingga kalimat yang betul:
“Pelaku menyiram tubuh korban dengan bensin”. Disini bensin adalah “prepositional object” seperti penjelasan diatas.

Kalimat pasif
Kalimat pasif adalah kalimat dimana pokok kalimat dikenai oleh kata kerja sebutan. Kata kerjanya umumnya diberi awalan di atau ter. Bila berawalan di seringkali sebutan diikuti kata depan oleh yang kadang-kadang dapat dihilangkan. Bila berawalan ter, suatu kalimat bisa merupakan kalimat aktif dengan kata kerja intransitif. Beberapa contoh:
.
- Anjing itu dipukul (oleh) si Polan.
Anjing = pokok kalimat, dipukul = sebutan, si Polan = pelengkap
.
- Air itu diminum beramai-ramai.
Air = pokok kalimat, diminum = sebutan, beramai-ramai = pelengkap
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, apabila sebutan memakai kata kerja yang berawalan ter, kalimat itu bisa kalimat aktif namun bisa juga kalimat pasif. Pada kalimat pasif itu kata kerjanya selalu diikuti kata depan oleh. Hal itu tergantung dari arti kata kerjanya.
Contoh berikut adalah kalimat pasif (pokok kalimat tidak melakukan kerja, tapi dikenai oleh kata kerjanya) dengan sebutan memakai kata kerja berawalan ter.
.
- Pencuri itu tertangkap oleh polisi.
Pencuri itu = pokok kalimat, tertangkap = sebutan, oleh polisi = pelengkap. Disini pokok kalimat “pencuri itu” tidak melakukan kerja tangkap.
Bedakan dengan kalimat pada contoh kalimat aktif diatas: Ia terjatuh kedalam jurang (pokok kalimat melakukan kerja).
.
- Mereka terperangkap di dalam kobaran api.
.
- Juara itu terpukul jatuh oleh lawannya. Disini “jatuh” bukan kata kerja, tapi kata sifat.
.
Berikut beberapa kata kerja yang apabila dipakai sebagai sebutan yang diberi awalan ter, kalimat yang terbentuk adalah kalimat pasif.
terpukul - terjerat - tertimpa - terhimpit - tertiup - tertusuk - terpukau - tertangkap - dllsb.
Beberapa kata sifat yang mendahului sebutan tidak boleh dipakai untuk kalimat pasif oleh karena kata sifat itu menunjukkan sifat aktif, jadi kata kerjanya harus berawalan me artinya harus kalimat aktif. Kata sifat dimaksud diantaranya:
.
- berhasil: Polisi berhasil menangkap pencuri (betul). Pencuri berhasil ditangkap polisi (salah). Berhasil berasal dari kata benda hasil yang diberi awalan ber menjadi kata sifat.
.
- gagal: Polisi gagal menangkap penjahat (betul). Penjahat gagal ditangkap polisi (salah).
.
- lupa: Siswa itu lupa membawa pensil (betul). Pensil lupa dibawa oleh siswa itu (salah).
.
- ingat: Siswa itu ingat membawa pensil (betul). Pensil ingat dibawa siswa itu (salah).
.
- pintar: Pelajar itu pintar membaca buku (betul). Buku itu pintar dibaca pelajar (salah).
.
-cermat: Akuntan itu cermat membuat pembukuan (betul). Pembukuan itu cermat dibuat akuntan (salah).
.
- cerdik: Monyet cerdik memilih buah yang manis (betul). Buah yang manis cerdik dipilih oleh monyet (salah).
.
- batal: Si Abah batal membeli sepeda (betul). Sepeda batal dibeli si Abah (salah).
.
- senang: Si Amin senang mengisi waktunya dengan membaca (betul). Waktunya senang diisi si Amin dengan membaca (salah). Dalam kasus dimana pelengkap penderita adalah kata ganti orang atau nama, kata senang boleh membentuk kalimat pasif: Pak Badu senang mengajar si Polan (aktif/betul). Si Polan senang diajar Pak Badu (pasif/betul).
.
Banyak lagi kata sifat yang seperti contoh diatas.
Lain halnya bila kata sifat itu ditulis sesudah pelaku sebutan (pelengkap), kalimat pasif dalam beberapa keadaan boleh dibentuk. Biasanya kata sifat itu diberi tambahan kata depan dengan.
Beberapa dari kata sifat diatas berikut ini membentuk kalimat pasif:
- Pembukuan itu dibuat akuntan dengan cermat (betul).
- Buah yang manis dipilih monyet itu dengan cerdik (betul).

Kalimat Tak Lengkap
Seperti dijelaskan sebelumnya, suatu kalimat lengkap terdiri dari pokok kalimat (subjek), sebutan (predikat) dan pelengkap (penderita atau keterangan).
Apabila salah satu dari unsur itu tidak ada, kalimat tetap dapat dibuat dan dimengerti. Kalimat seperti itu disebut kalimat tak lengkap.
Kalimat tak lengkap bisa hanya terdiri dari pokok kalimat dan sebutan saja, atau hanya ada sebutan saja, atau hanya ada pokok kalimat saja, atau hanya ada pelengkap saja, bahkan hanya ada satu kata seru saja. Contoh:
- Ia menendang. Si Polan mengejar. Ia tak bekerja. (Hanya ada pokok kalimat dan sebutan). Kalimat-kalimat seperti ini sering dibuat menghindari dua kalimat bersambung (kalimat majemuk), atau berupa kalimat perintah dengan tanda seru.
- Kerjakan! Diteruskan? Temukan! (Hanya ada sebutan). Kalimat-kalimat seperti ini umumnya berupa kalimat perintah atau kalimat tanya dengan diberi tanda seru atau tanya.
- Durian? Siapa? Kamu! (Hanya ada pokok kalimat). Kalimat-kalimat seperti ini umumnya berupa kalimat perintah atau kalimat tanya dengan diberi tanda seru atau tanya.
- Aduh! Halo! Ah! Ya? (Hanya ada kata seru). Kalimat-kalimat seperti ini umumnya berupa kalimat perintah atau kalimat tanya dengan diberi tanda seru atau tanya.

Kalimat majemuk
Kalimat majemuk atau sering juga disebut kalimat sambung, biasanya terdiri dari dua atau lebih kalimat yang disambung dengan suatu kata sambung: dan, dengan, bila, bahwa, kalau, walaupun, apabila, andai, umpama, sambil, dan sebagainya. Dalam kalimat majemuk, sering pokok kalimat hanya disebut satu kali pada salah satu kalimat atau sebutan hanya disebut satu kali pada salah satu kalimat.
.
Kalimat ke satu: Ia memanjat pohon. Kalimat ke dua: Ia terjatuh dari pohon.
Kalimat majemuk menjadi: Ia memanjat pohon dan terjatuh.
.
Kalimat ke satu: Si Polan membawa kunci. Kalimat ke dua: Si Anu membawa dongkrak.
Kalimat majemuk menjadi: Si Polan membawa kunci dan si Anu (membawa) dongkrak.
.
Kalimat ke satu: Ia diberi pertanyaan bertubi-tubi. Kalimat ke dua: Ia tetap membisu.
Kalimat majemuk menjadi: Walaupun diberi pertanyaan bertubi-tubi, ia tetap membisu.
.
Kalimat ke satu: Ia sedang berjalan kaki. Kalimat ke dua: Ia sedang menghitung hari.
Kalimat majemuk menjadi: Sambil berjalan kaki ia menghitung hari.
.
Kalimat ke satu: Ia berjalan tertatih-tatih. Kalimat ke dua: Ia merintih kesakitan.
Kalimat majemuk menjadi: Ia berjalan tertatih-tatih dan merintih kesakitan.

Kalimat Tanya
Suatu kalimat disebut kalimat tanya apabila maksud kalimat adalah bertanya tentang sesuatu. Suatu kalimat tanya biasanya didahului kata tanya: apa, siapa, berapa, kenapa, bagaimana, dimana. Berikut contoh kalimat tanya seperti dimaksud:
- Apa yang terjadi disini?
- Siapa yang bertugas hari ini?
- Bagaimana cara memasang pelana kuda?

Kalimat tanya bisa saja tidak didahului kata tanya, apabila kalimat itu merupakan kalimat menidakkan atau didahului kata sifat yang berakhiran “kah”, seperti contoh berikut:
- Kamu sudah makan siang, bukan?
- Sanggupkah kamu mendaki bukit itu tanpa alas kaki?
- Mungkinkah burung terbang tanpa sayap?
.
Ada kalimat tanya yang didahului pernyataan tidak (negatif) dan diikuti pertanyaan yang menyatakan sebaliknya:
- Kamu belum makan, atau sudah?
- Si Polan takkan mungkin pergi sendirian kesana, apa mungkin?

Kalimat seperti itu sangat jarang dipakai dalam bahasa Indonesia, kecuali dari teks terjemahan, karena dalam bahasa Inggeris kalimat seperti itu sangat lazim:
- You have’nt got dinner, have you?
- Polan would not go there alone, would he?
- I did not give you the list last week, did I?
.
Bisa juga kalimat tanya didahului pernyataan ya (positif) dan diikuti pertanyaan yang menyatakan negatif:
- Kamu memecahkan gelas itu, apa tidak?
- Kucing itu binatang buas, bukan?
Juga kalimat seperti itu jarang dipakai , namun dalam bahasa Inggeris sangat biasa:
- You broke the glass, did’nt you?
- The cats are wild animals, are’nt they?


Ungkapan “ baik…maupun”
Ungkapan ini dipakai apabila dua atau lebih kata ganti dipakai sebagai pokok kalimat sama-sama memiliki sebutan yang sama dan saling menggantikan:
- Baik saya maupun si Polan sudah berumur lebih dari 50 tahun. (Kalimat positif).
- Baik si Anu maupun si Polan tidak senang berburu. (Kalimat negatif)
Apabila diterjemahkan kedalam bahasa Inggeris, “baik…maupun” diterjemahkan dalam dua pengertian.
Untuk kalimat positif dipakai “either…or”, sedang untuk kalimat negatif dipakai “neither…nor” (singkatan not either not or):
- Either me or Polan are more than 50 years old.
- Neither Anu nor Polan likes hunting.

Dalam pemakaian sehari-hari di media cetak, sering ada kalimat dengan ungkapan “baik…dan” apabila dua kata ganti sebagai pokok kalimat dan “baik…,…, maupun” untuk tiga kata ganti. Jelas ini menyalahi tata bahasa dan menjadi tidak ada kesetaraan dengan ungkapan bahasa Inggeris diatas, jadi tak bisa diterjemahkan timbal-balik.
Sesungguhnya ungkapan “baik…maupun” harus dipakai baik untuk dua kata ganti ataupun tiga kata ganti yang bersama-sama menjadi pokok kalimat, misal: Baik saya, si Anu maupun si Polan …dst.
Hal yang sama berlaku untuk bahasa Inggeris, ungkapan “either…or” dan “neither…nor” tetap dipakai untuk dua maupun tiga kata ganti misal: Either me, you or him ….etc. Juga: Neither me, you nor him…etc.

Ungkapan “sama-sama …” atau “berdua sama-sama…”
Ungkapan “sama-sama…” atau “keduanya sama-sama…” dipakai apabila dua (hanya dua) kata ganti dipakai sebagai pokok kalimat memiliki sebutan yang sama.
Berbeda dengan ungkapan “baik…maupun”, pokok kalimat disini digabung menjadi kesatuan.(tidak dapat saling menggantikan):
- Saya dan dia sama-sama berjualan buku.
- Si Poland dan si Badu berdua sama-sama tinggal di Petojo
.
.
Dalam terjemahan bahasa Inggeris, ungkapannya adalah “both…and”:
Kalimat pertama: Both I and him engage in book’s trading.
Kalimat berikutnya: Both Polan and Badu lived in Petojo.
Mungkin pengaruh ungkapan “both…and” yang sering di bahasa Indonesiakan menjadi ungkapan “baik…dan”, padahal pemakaiannya berbeda. Pada ungkapan “baik…maupun” pokok kalimat terpisah, sedang pada sama-sama pokok kalimat menyatu, jadi ungkapan “baik…dan” adalah kerancuan berfikir dari pemakainya:
"Baik saya dan si Badu sama-sama berjualan buku" , kalimat ini salah, seharusnya:
"Baik saya maupun si Badu sama-sama berjualan buku".

Kalimat pengandaian
Kalimat pengandaian adalah kalimat majemuk dimana suatu sebutan (predikat) dari salah satu kalimat berlaku apabila syarat dari kalimat lainnya terpenuhi.
Untuk itu selalu dipakai kata sambung pengandaian “supposing conjunction” seperti: kalau, apabila, jika, seandainya, andaikan, bila
- Saya akan berangkat ke sekolah bila ibu sudah pulang. Maksudnya saya tidak berangkat kalau ibu belum pulang.
- Kalau besok hari hujan, kami tidak jadi bertanding bola kaki. Syarat bertanding bola kaki besok adalah hari tidak hujan.
- Jika banjir besar melanda wilayah itu, bencana dapat terjadi. Syarat banjir besar dipenuhi, baru dapat terjadi bencana.
.
Catatan Khusus:
Selalu dan sangat sering terjadi kesalahan pemakaian kata sambung “kalau” seakan-akan bukan kata sambung pengandaian. Perhatikan kalimat:
- Saya tidak tahu kalau kamu sudah pulang(?) Terlihat pemakaian kata kalau yang keliru. Seharusnya: “Saya tidak tahu bahwa kamu sudah pulang”.
Kesalahan pemakaian ini terjadi karena kosakata kalau dalam bahasa daerah tertentu sama dengan bahwa. Karena pemakai bahasa daerah tersebut dominan, perubahan pemakaian kata kalau menjadi tak terbendung. Bahkan pejabat-pejabat Negara sering melakukan kesalahan ini baik secara lisan maupun tertulis. Penulis ragu apakah arti kata kalau bisa dikembalikan seperti semula yaitu sebagai kata sambung pengandaian.
Arti kalau bisa disetarakan dengan “if” dalam bahasa Inggeris dan sama sekali berbeda dengan arti bahwa yang dapat disetarakan dengan “that” dalam bahasa Inggeris.
Jelas apabila ada perjanjian antar Negara, para pelaksana akan sulit memahami kalimat-kalimat yang berisi kosakata yang rancu seperti itu, apabila pejabat yang terlibat tak bisa membedakan antara kata “if” dan “that”.

Jumat, 31 Juli 2009

Satuan dan Dimensi

Catatan: Untuk Pasal ini perlu diingatkan catatan pada Pasal II tulisan ini.

III. Pengertian Satuan Panjang, Bidang dan Ruang

Satu hal yang perlu difahami, bahwa maksud perkataan “ruang” pada judul ini adalah ruang berdimensi tiga. Namun dalam pembicaraan lain, suatu ruang bisa saja berdimensi 1, 2, 3, 4, bahkan tak terbatas, bila ditinjau dari segi ilmiah.
Bab III ini dan Bab selanjutnya membicarakan satuan yang belum berdasarkan Satuan Sistim Internasional yang paling baru (Bab VIII). Seperti dijelaskan pada Kata Pengantar, hal ini justru untuk pembanding dan pengayaan pengetahuan.


3.1. Satuan Panjang ( L )
Potongan garis lurus yang menghubungkan dua buah titik disebut jarak. Besarnya jarak diukur berdasarkan satuan panjang. Lambang dimensi satuan panjang menggambarkan ruang berdimensi 1, ditunjukkan oleh huruf L (pangkat 1). Ada beberapa macam satuan panjang, diantaranya:

Satuan Panjang Metrik
Satuan panjang ini dipakai secara umum karena mudah dipahami. Walaupun asal usul dasar satuan ini agak rumit seperti disebutkan pada Pasal 1.3 diatas, namun masyarakat pada jaman sekarang tidak perlu pusing akan asal-usul tersebut karena yang penting paham arti satuan panjang ini. Satuan ini disebut satuan panjang metrik karena memakai dasar satuan panjang “meter”dan kelipatan puluhan atau desimal. Kalipatan ataupun fraksi dalam sistim ini adalah berdasarkan satuan meter . Keuntungan dari sistim ini adalah bilangan kalipatan ataupun bagiannya selalu dalam puluhan atau persepuluhan. Sistim Metrik ini berlaku baik untuk Sistim Dinamis maupun Sistim Statis.
Dengan dasar 1 meter didapat nilai ukuran turunannya seperti nanometer (10-9 meter), micrometer (10-6 meter), millimeter-mm (10-3 atau 1/1000 meter), centimeter-cm (1/100 meter), desimeter-dm (1/10 meter), decameter-dam (10 meter), hektometer-hm ( 100 meter), kilometer-km (103 atau 1.000 meter), megameter (106 meter = 1.000 kilometer), gigameter (109 meter atau 106 kilometer) Penyebutan istilah-istilah ini telah dijelaskan pada Pasal 1.4. dan diperinci pada Tabel 8.1.3.

Satuan Inggeris
Satuan panjang ini seperti ditulis pada Pasal 2.3 juga punya asal-usul yang tak perlu dikaji. Sebagai dasar ukuran ditentukan satuan “kaki” atau “feet” atau disingkat “ft”. Berbeda dengan sistim metric, kalipatan atau fraksi dalam sistim ini adalah tigaan, duabelasan atau per-duabelasan dan ada juga per-enambelasan.
Dengan dasar 1 ft, didapat nilai ukuran turunannya seperti inch (1/12 ft), yard (3 ft), mile (1.760 yards atau = 5.280 ft), nautical mile/mil-laut (2.027 yards atau 6.081 ft).
Untuk perbandingan dan pengetahuan pembaca diberikan sedikit konversi satuan ini ke dalam sistim metrik sebagai berikut :
1 inch = 2,54 cm
1 ft = 30,48 cm (= 0,3048 m)
1 yard = 91,44 cm (= 0,9144 m)
1 mile = 1.609 m (dibulatkan)
1 nautical mile (1 mil-laut) = 1.853 m (dibulatkan)

Satuan Khusus Fisika
Untuk keperluan ketepatan ukuran yang sangat kecil dalam ilmu-ilmu fisika, dipakai satuan panjang berdasarkan panjang gelombang sinar tertentu dari suatu isotop radoaktif. Isotop adalah bentuk elemen kimia dengan berat atom tertentu yang dilambangkan oleh nilai yang ditulis disamping atas suatu elemen. Misal Kr86 artinya elemen krypton dengan berat atom 86. Walaupun dasar ukuran meter terakhir ditetapkan berdasarkan kecepatan cahaya dalam ruang hampa cahaya, disini satuan khusus fisika tidak akan dibahas lagi karena tidak termasuk tujuan tulisan ini.

Satuan Khusus Astronomi
Jarak-jarak dalam ilmu Astronomi sangat jauh, karena yang ditelaah adalah jarak antar planet, jarak antar bintang dan jarak antar galaksi. Pemakaian ukuran jarak dalam satuan kilometer akan sangat sulit menuliskan angkanya. Jarak yang lumayan dekat secara astronomi misalnya jarak antara bumi dan matahari sekitar 150 juta (150.000.000) kilometer.
Untuk memudahkan penggambaran jarak antara benda benda astronomi di ruang angkasa dipakai jarak tempuh cahaya dalam satuan waktu, ditulis waktu tempuh cahaya.
Jarak tempuh cahaya dalam 1 detik lebih kurang 300.000 km, sehingga jarak bumi dan matahari sekitar 150.000.000 km/300.000 km/detik = 500 detik atau 8,33 menit waktu tempuh cahaya. Disingkat jarak bumi ke matahari sekitar 8,33 menit cahaya.
Jarak antara benda benda astronomi (benda langit) ditemukan ada yang 10 tahun cahaya, bahkan berjuta tahun cahaya. Jelas akan sulit dituliskan dalam kilometer atau mil.
Untuk selanjutnya satuan khusus astronomi ini tidak perlu dibahas lagi.

3.2. Satuan Luas ( L2 )
Untuk mengukur besarnya suatu bidang datar dipakai ukuran yang disebut luas.
Satuan luas ditetapkan berupa bujur sangkar yang masing-masing sisinya adalah sebesar satu satuan panjang. Lambang dimensi satuan luas menggambarkan ruang berdimensi 2, ditunjukkan oleh huruf L2 (L pangkat 2). Bila sisi-sisi suatu bujur sangkar adalah 1 meter maka luasnya adalah 1 m x 1 m = 1 m2, baca 1 meter bujur sangkar atau 1 meter persegi.
Angka 1 m2 adalah satuan luas dalam SistimDinamis Besar maupun Sistim Statis Besar.
Apabila misalnya kita mempunyai suatu bidang persegi panjang dengan lebar 3 m dan panjang 5 m, maka dengan sederhana bidang tersebut dapat dibagi menjadi 15 buah bujur sangkar dengan masing-masing sisinya 1 meter, jadi luasnya adalah 15 m2. Jadi luas dari persegi panjang adalah panjang x lebar yaitu 5m x 3m = 15m2. Luas dari bentuk-bentuk bidang yang lain dapat dihitung dengan cara sederhana atau tidak sederhana, akan tetapi selalu dihasilkan satuan dalam bentuk satuan panjang berpangkat dua, atau dengan perkataan lain setiap penulisan luas, harus dalam bentuk satuan panjang berpangkat dua, dan dibaca persegi. Karena itu luas diberi lambang L2.

Satuan Luas Metrik
Satuan luas yang basis ukurannya berkalipatan puluhan atau persepuluhan atau desimal dan dengan ukuran dasar “meter” disebut satuan luas metrik. Ini mencakup Sistim Dinamis maupun Sistim Statis.
Berdasarkan penjelasan diatas, dari istilah yang disebut pada Pasal 1.4 dapat dimengerti:
1 m = 10 decimeter ditulis 10 dm, jadi 1m2 = 10 dm x 10 dm = 100 dm2
1 m = 100 cm, jadi 1 m2 = 100 cm x 100 cm = 10.000 cm2 (=104 cm2).
1 dam2 = 10 m x 10 m = 100 m2
Luas 1 dam2 atau 100 m2 disebut sebagai “are” .
1 hm2 = 100 m x 100 m = 10.000 m2. Jadi 1 hm2 = 100 dm2 = 100 are = 1 hektoare.
Besaran 1 hektoare disingkat 1 ha. Jadi 1 ha = 100 are = 10.000 m2.
Penyederhanaan bahasa menjadikan hektoare menjadi hektar dan dalam bahasa Inggeris disebut hectare.
1 km2 = 10 hm x 10 hm = 100 hm2. Jadi 1 km2 = 100 ha.
Ukuran hektar (ha) ini jarang digunakan di Amerika Serikat dan beberapa Negara Persemakmuran, mereka lebih memilih ukuran “acre”.
1 acre = 4840 yard persegi atau kira-kira = 4050 meter persegi

Satuan Luas Inggeris
Karena Sistim Satuan Inggeris tidak berkalipatan puluhan maka sistim ini tidak disebut metrik Secara identik dengan satuan metrik diperoleh satuan luas sistim ini 1 ft2 atau sering ditulis 1 sqft (square feet)..
1 ft2 = 12 inch x 12 inch = 144 inch2 atau ditulis 1 ft2 = 144 in2
1 yard2 ditulis 1 yd2 = 3 ft x 3 ft = 9 ft2.
Konversi ke sistim metrik dapat dilakukan sebagai berikut :
1 ft2 = 0,3048 m x 0,3048 m = 0,0929 m2. Atau 1m2 = 1 ft2/0,0929 = 10,7642 ft2.

3.3. Satuan Ruang atau Volume ( L3 )
Volume suatu ruang adalah bagian dalam dari ruang isi yang dibatasi oleh bidang yang mengurungnya. Satuan volume ditetapkan sebagai ruang isi dari suatu kubus yang masing masing siripnya berbentuk bujur sangkar dengan ukuran sisi masing masing satu satuan panjang. Lambang dimensi dari satuan volume menggambarkan ruang berdimensi 3, ditunjukkan oleh huruf L3 (L pangkat 3). Dalam Sistim Dinamis Besar atau Statis Besar, sisi-sisi dari bujur sangkar adalah 1 m, maka satuan volumenya adalah 1 m x 1 m x 1 m = 1 m3. Angka 1 m3 adalah satuan volume yang dibaca 1 meter kubik Apabila misalnya sebuah ruang berukuran panjang 6 m, lebar 4 m dan tingginya 3 m maka secara sederhana kita dapat membagi ruangan tersebut menjadi 72 buah kubus berukuran 1 m x 1 m x 1 m.
Jadi volume ruangan duhitung berdasarkan panjang x lebar x tinggi yang dalam contoh ini adalah 6 m x 4 m x 3 m = 72 m3. Volume dari suatu ruang dalam bentuk apapun yang dihitung selalu akan menghasilkan angka dalam satuan panjang berpangkat 3 dan karena itu diberi lambang L3 dibaca “kubik”.

Satuan Volume Metrik
Satuan volume yang basis ukurannya berkalipatan puluhan atau persepuluhan atau decimal dan ukuran dasar “meter” disebut satuan volume metrik. Baik Sistim Dinamis maupun Sitim Statis merupakan Sistim Metrik . Sesuai istilah pada Pasal 1.4 didapat turunannya sebagai berikut :
1 m3 = 10 dm x 10 dm x 10 dm = 1.000 dm3. Karena 1 dm3 disebut 1 liter, jadi
1 m3 = 1.000 Liter ( = 103 Liter ).
Dengan cara yang sama didapatkan :
1 m3 = 1.000.000 cm3. 1 cm3 disebut 1 cc maka
1 m3 = 1.000.000 cc ( = 106 cc )
Juga 1 Liter = 1.000 cc maka 1 cc dapat juga disebut 1 mililiter disingkat 1 ml .

Satuan Volume Inggeris
Berbeda sengan sistim metrik , satuan volume sistim ini adalah 1 ft3 (= 1 cu-ft).
Sebagai turunannya didapat 1 ft3 = 1.728 in3 , ditulis 1 cu-ft = 1.728 cu-in.
Konversi ke dalam sistim metrik dapat dihitung sebagai berikut :
1 cu-ft = 0,3048 m x 0,3048 m x 0,3048 m = 0,0283 m3 (dibulatkan). Dapat ditulis
1 m3 = 35,33 cu-ft ( dibulatkan )
Diluar dari sistim volume yang berdasarkan ukuran feet dan inch, di Inggeris dan Amerika ada satuan gallon. Tanpa perlu dibahas asal usulnya, disini cukup diberikan konversinya kedalam sistim metrik. Perlu dibedakan Imperial gallon dan US gallon..
1 Imp.Gallon = 4.546 cc = 4,546 Liter
1 US Gallon = 3.785 cc = 3,785 Liter
Konversi kedalam Sistim Internasional lainnya diberikan pada Tabel 8.3.6.

Rabu, 29 Juli 2009

Jumat, Sabtu dan Minggu

Imajinasi Tentang Hari Jumat, Sabtu dan Minggu

Perselisihan politik dan agama di Timur Tengah sampai saat ini tak kunjung usai. Barangkali sampai akhir jaman, masalah yang diperselisihkan itu tak akan pernah selesai. Kota Jerusalem (sebutan masyarakat Barat) atau Darussalam (sebutan masyarakat Arab dan Islam pada mulanya), bahkan sejak abad ke IX telah menjadi rebutan. Penguasa Islam yang dipimpin para Khalifah pada saat itu dengan Raja-Raja Kristen yang tergugah oleh fatwa Paus berperang memperebutkan “tanah perdamaian” itu. Perang Salib berkali-kali selama sekitar dua abad akhirnya berhenti karena kedua pihak sangat kelelahan, tanpa ada yang menang dan tak ada yang kalah. Dan kini Pemerintahan Yahudi dengan sebutan Israel yang dibentuk Negara-Negara Barat di wilayah Palestina, tak pernah berhenti membunuh orang-orang Palestina, dan sebaliknya orang-orang Palestina juga membalasnya, namun tak pernah seimbang.
Tulisan ini bukanlah membicarakan perselisihan politik dan agama tersebut, tetapi sekadar imaginasi bagaimana sejarah membawa manusia ke perselisihan tidak rasional.
Tak dapat dipungkiri bahwa Arab dan Yahudi itu sesungguhnya bersaudara, sama-sama turunan Nabi Ibrahim. Ishak anak Ibrahim dengan Sarah, menurunkan beberapa anak, salah satunya diberi nama Israel. Dan karena keturunan Israel ini yang berkembang banyak, semua orang Yahudi akhirnya disebut bani (turunan) Israel. Demikian pula Ismael, anak Ibrahim dengan Hajar, menurunkan bani Ismael yang akhirnya menyebut dirinya bangsa Arab. Jelas bahwa Israel dan Arab adalah dua bangsa dari satu keturunan.
Dan agama Yahudi, Kristen dan Islam bila diperhatikan berasal dari ajaran yang sama. Mulai dari Nabi Adam sampai Nabi Musa, ketiga agama masih sama-sama mengakui. Dengan kedatangan Nabi Isa anak Maryam, mulailah agama bercabang dua: Yahudi yang hanya mengakui kitab Taurat yang dibawa Nabi Musa dan Nasrani/Kristen yang mengakui Taurat (sebagai Perjanjian Lama) dan Injil (sebagai Perjanjian Baru).
Kedatangan Nabi Muhamad menjadikan Islam seakan cabang yang ketiga. Terlepas dari penilaian masing-masing agama tentang mana kitab yang asli dan tak asli, namun tak bisa dipungkiri bahwa salah satu syarat iman dalam Islam adalah “percaya pada kitab suci: Zabur (kitab Nabi Daud), Taurat, Injil dan Qur’an.
Jelaslah bahwa baik dari segi keturunan, maupun dari segi asal muasal agama, perselisihan abadi yang ada di Timur Tengah sangat tidak rasional. Wallahualam, hanya Tuhan yang tahu!

Sekarang kita kembali pada topik tulisan ini, tentang hari-hari.
Dalam ketiga kitab suci terakhir, Taurat, Injil Bab Perjanjian Lama dan Qur’an, penulis menemukan ayat yang artinya hampir sama, dan terjemahan bebasnya kira-kira: “Tuhan menjadikan bumi dan langit dalam waktu enam hari”. Dalam Perjanjian Lama ada tambahan “dan beristirahat pada hari ke tujuh”.
Hari yang disebut dalam kitab suci bisa saja bukan hari yang berlaku di bumi. Namun penamaan hari ternyata sesuai urutan bilangan khususnya bilangan bahasa Arab: Hari ke satu Ahad (dari bahasa Arab satu=ahad, dinamakan juga Minggu=San do Mingo), hari ke dua Senin (dari bahasa Arab dua=Isnin), hari ke tiga Selasa (dari bahasa Arab tiga=tsalasa), hari ke empat Rabu (dari bahasa Arab empat=Arbaa), hari ke lima Kamis (dari bahasa Arab lima=chamsah), hari ke enam Jumat (dari bahasa Arab jamaah-solat khusus hari itu) dan hari ke tujuh Sabtu (dari bahasa Arab tujuh=sabaah). Dari semua nama hari, hanya Jumat yang tidak menunjukkan bilangan.
Mari ibaratkan kita membangun suatu gedung besar atau bertingkat.
Pada saat perletakan batu pertama biasanya dilakukan seremoni hari pertama.
Pada saat penyelesaian biasanya dilakukan “topping off ceremony”. hari sukuran.
Ketika bangunan selesai, dilakukan “building formal dedication” atau peresmian gedung atau serah terima kunci.
Nah, mari kita bandingkan dengan “seremoni” masing-masing agama:
Agama Kristiani mengajarkan khotbah tetap di gereja pada hari Ahad(Minggu/San do Mingo=hari suci), seakan-akan diilhami “perletakan batu pertama” yaitu hari pertama Tuhan “memulai” menciptakan bumi dan langit.
Agama Islam mengharuskan ummat Islam sholat berjamaah di mesjid setiap hari Jumat yang merupakan hari ke enam, seakan-akan diilhami “topping off ceremony” yaitu ketika Tuhan “menyelesaikan” pekerjaan penciptaan bumi dan langit.
Agama Yahudi (juga Advent) mengharuskan manusia beristirahat, sedapat-dapatnya di rumah saja pada hari Sabtu (Sabath) yang merupakan hari ke tujuh, seakan-akan diilhami “buiding formal dedication” yaitu ketika Tuhan “beristirahat pada hari ke tujuh”
Demikiankah makna hari-hari agama Jumat, Sabtu, dan Minggu ? Entahlah.

Sebagai catatan, imaginasi ini muncul berpuluh tahun setelah penulis mengalami suatu peristiwa unik sebagai salah satu pimpinan bidang teknik di sebuah Perusahaan Pertambangan. Waktu itu hari kerja masih enam hari seminggu, yaitu Senin sampai dengan Sabtu. Penulis menemukan seorang pembantu administrasi kantor yang mangkir pada setiap hari Sabtu. Semula penulis tidak memperhatikan masalah itu, sampai suatu saat penulis sangat memerlukan yang bersangkutan persis pada suatu hari Sabtu.
Oleh karena dia tidak datang, pada hari Seninnya penulis panggil menanyakan kenapa ia tidak masuk kerja pada Sabtu lalu, bahkan pada setiap hari Sabtu.
Yang bersangkutan menjawab, bahwa ia seorang Advent dan agamanya melarang bekerja pada hari Sabtu. Dengan sedikit dongkol penulis menjelaskan bahwa Sabtu adalah hari kerja, dan sebagai karyawan ia harus mematuhi aturan. Dijawabnya bahwa ia bersedia mengganti dengan bekerja tiap hari Minggu. Tentu saja penulis berargumen bahwa ia harus bekerja bersama dengan orang lain, tak mungkin bekerja sendirian. Argumen lain penulis sampaikan bahwa kalau ada beberapa orang yang Advent dan terus mangkir tiap hari Sabtu, pekerjaan perusahaan akan sangat terganggu. Ia menjawab: “Tuhan saja istirahat pada hari Sabtu. Walau di seluruh dunia ini hanya saya sendiri yang Advent, saya akan tetap menjalankan perintah agama”. Penulis tercenung, dari semula dongkol berubah menjadi kagum atas ketaatannya pada ajaran agamanya. Tak banyak orang seteguh dia. Akhirnya penulis menyetujui bahwa ia masuk bekerja hari Minggu dengan tugas khusus “bersih-bersih” dan tidak mengabsennya pada hari Sabtu. Lega juga rasanya tak perlu bersilang pendapat!

Selasa, 28 Juli 2009

Dasar-Dasar Tata Bahasa-Bahasa Indonesia

2. Awalan dan akhiran
Dalam bahasa Indonesia, hampir semua jenis kata dapat diberi awalan saja, awalan dan akhiran, atau akhiran saja. Ada berbagai macam awalan yaitu ber-di-ke-me-pe-per-ter. Dan berbagai macam akhiran yaitu an-i-kan. Arti serta kegunaan awalan dan akhiran tersebut adalah sebagai berikut:
.
Akhiran an
Akhiran an pada umumnya dipakai untuk:
- Mengubah kata selain kata benda menjadi kata benda atau kata yang dibendakan (sumbangan, tiupan, cairan, kuningan).
- Membentuk kata benda menjadi kumpulan benda (lautan, durian).
.
Awalan ber
Apabila awalan ber dipakai membentuk kata sifat yang menerangkan sebutan (predikat) maka kalimat harus menjadi kalimat aktif artinya pokok kalimat melakukan kerja sesuai kerja yang dimaksud oleh predikat pada kalimat.
Apabila dipakai untuk membentuk kata kerja, tentu saja tak boleh ada dua predikat, sehingga tak mungkin menambahkan kata kerja berawalan di atau me.
Oleh karena itu pemakaian kata ber… yang membentuk kata sifat harus diikuti awalan me, bukan awalan di.
“Pencuri berhasil meloloskan diri”. Kalimat ini benar sebab berhasil adalah kata sifat.
“Pencuri berhasil ditangkap polisi”. Kalimat ini salah, karena yang berhasil adalah polisi.
Harusnya: “Polisi behasil menangkap pencuri”.
“Petani itu berteduh di dangau”. Kalimat ini benar, karena di disini bukan awalan tetapi kata depan (preposisi).
Pemakaian awalan ber menghilangkan huruf r pada kata yang dimulai dengan huruf r, kecuali untuk kata yang berasal dari bahasa asing (beragam, beratus, berrisiko).
.
Awalan ber pada umumnya dipakai untuk:
- Membentuk kata memiliki: berminyak, berduri.
- Membentuk kata kerja intransitif dari kata (kk, kkead, ksf): berteduh, bermalam, bersujud.
- Membentuk kata (kkead, ksf) dari kata bilangan: berdua, berenam.
- Menunjukkan banyak untuk kata (kkead, ksf): beragam, bermacam.
- Membentuk kata (kkead, ksf) dari kata benda: berrisiko, berduri, berbuah, berlutut.
- Membentuk kata kerja intransititif dimana penderita (objek) harus didahului kata depan dengan atau dari: bergulat dengan, berasal dari.
.
Awalan ber dengan akhiran an
Imbuhan ber--an pada umumnya dipakai untuk:
- Membentuk kata kerja intransitif yang menunjukkan saling melakukan dari kk intransitif dimana penderita (objek) harus didahului kata depan dengan atau pada: berpelukan dengan, bergandengan dengan, bergantungan pada.
.
Awalan di
Awalan di pada umumnya dipakai untuk:
- Membentuk kata kerja intransitif: dipukul, disapu.
- Membentuk kalimat pasif (lihat pasal Membentuk Kalimat): Ia dibawa ke rumah sakit.
.
Akhiran i
Akhiran i pada umumnya dipakai bersama dengan awalan ber, awalan me, awalan di atau awalan per seperti akan dijelaskan dibawah nanti. Apabila akhiran i dipakai pada suatu kata kerja tanpa awalan ber, me, di atau per, berarti kalimat yang dibentuk adalah kalimat perintah dan kata kerjanya menjadi transitif:
"Awali karirmu dari bawah!"
"Jalani hidup ini dengan kepasrahan!"
.
Akhiran kan
Akhiran kan pada umumnya dipakai bersama dengan awalan ber, awalan di, awalan me, atau awalan per seperti akan dijelaskan dibawah nanti. Apabila akhiran kan dipakai pada suatu kata kerja tanpa awalan ber, me, di atau per, berarti kalimat yang dibentuk adalah kalimat perintah dan kata kerjanya menjadi transitif:
“Jalankan saja perintah itu dengan baik!”
“Sajikan nasi dengan lauk pauknya yang enak”.
.
Awalan ber dengan akhiran kan
Pasangan ber--kan pada umumnya dipakai untuk:
- Membentuk kata kerja transitif dari kata apa saja (kb, kk, kkead, ksf) akan tetapi kalimat yang dibentuk adalah kalimat pasif:
“Mahkota itu bertatahkan berlian”. Terlihat, walaupun kata kerja bertatahkan adalah transitif (diikuti oleh kata benda sebagai objek), namun pokok kalimat tidak melakukan keja tatah, jadi kalimat itu pasif.
Kalimat itu bisa diubah: “Mahkota itu ditatahi berlian”. Ini jelas kalimat pasif.

Awalan di dengan akhiran i
Pasangan di--i pada umumnya dipakai untukmembentuk kalimat pasif, dimana kata kerja yang diberi awalan/akhiran di-- i akan menjadi kata kerja transitif/intransitif dan umumnya diikuti kata depan oleh namun sering dihilangkan:
“Wilayah itu telah diduduki (oleh) Israel sejak tahun 1967”.
“Tsunami pada umumnya didahului oleh gempa yang dahsyat”.
.
Awalan di dengan akhiran kan
Pasangan di--kan pada umumnya dipakai untuk:
- Membentuk kalimat pasif atau membentuk kata kerja intransitif. Kata kerjanya biasanya diikuti oleh kata depan oleh, ke, kedalam, pada/kepada, namun kadang-kadang boleh dihilangkan:
“Perannya digantikan oleh pemain yang lebih cekatan”.
“Biaya perbaikan itu tak bisa dibebankan kepadanya”.
- Membentuk kata kerja yang pelaku dari “kerja” menyebabkan objeknya yang bergerak.
“Wanita itu dinikahkan (oleh) ayahnya dengan pemuda idamannya”. Jelas yang nikah adalah wanita itu, ayahnya menyebabkan objeknya (wanita itu) melakukan “kerja” nikah, sedangkan ayahnya tidak nikah (=menikahkan).
Bandingkan dengan kalimat: “Wanita itu dinikahi (oleh) ayah pemuda itu.”. Disini akhiran i menggantikan akhiran kan yang menyatakan pelaku “kerja” melakukan kerja nikah atas objeknya, artinya ayah pemuda itu melakukan kerja nikah pada objeknya (=menikahi).

Coba perhatikan kalimat: “Kecelakaan itu tak bisa dihindarkan (oleh sopir)”. Kalimat ini menggambarkan seolah-olah kecelakaan telah ada (exist), dan sopir tak bisa mengatur objeknya (kecelakaan) melakukan kerja hindar. Jelas kalimat ini salah secara tata bahasa.
Coba ubah kalimat itu: “Kecelakaan itu tak bisa dihindari (oleh sopir)”. Dalam kalimat ini sopir yang (berusaha) melakukan kerja hindar atas kecelakaan yang belum ada, tetapi sopir tak bisa melakukannya. Jadi kalimat yang betul adalah yang terakhir ini.
.
Awalan ke
Hanya ada tiga kata yang dibentuk dengan awalan ke tanpa akhiran an yaitu: ketua, kekasih, kehendak. Fungsi awalan ke disini membentuk kata benda dari kata keadaan.
.
Awalan ke dengan akhiran an
Pasangan ke-- an umumnya dipakai untuk:
- Membentuk kata selain kata benda menjadi kata yang dibendakan: kemauan, keamanan.
- Apabila dibentuk dari kata keadaan, maka pasangan ke--an dipakai untuk menyatakan “dalam keadaan” : kesakitan, kelelahan, kesedihan.
.
Awalan me
Dalam pemakaiannya awalan me dapat berubah bentuk menjadi:
mem’ bila kata dasarnya dimulai dengan huruf b (bentuk-membentuk) atau bila kata dasarnya dimulai dengan huruf p, huruf awal dihilangkan (pukul-memukul), atau bila mendahului awalan per (perlama-memperlama)
meny’ bila kata dasarnya dimulai dengan huruf s, huruf awal dihilangkan kecuali untuk kata dasar yang berasal dari bahasa asing, huruf s tidak hilang, dan awalan me menjadi men (sempit-menyempit, sosialisasi-mensosialisasi).
meng’ bila kata dasarnya dimulai dengan huruf k, huruf awal dihilangkan kecuali untuk kata dasar yang berasal dari bahasa asing, huruf k tidak hilang, atau bila kata dasarnya dimulai dengan huruf g (kabut-mengabut, kreasi-mengkreasi, ganggu-mengganggu) dan bila kata dasarnya dimulai dengan huruf h (hilang-menghilang, hapus-menghapus).
men’ bila kata dasarnya dimulai dengan huruf c (cakar-mencakar), kata dasar dimulai dengan huruf d (dasar-mendasar), kata dasar dimulai dengan huruf t, huruf awal hilang (takar-menakar).

Awalan me pada umumnya dipakai untuk:
- Mengubah kata yang bukan kata kerja menjadi kata kerja: melaut, membesar.
- Mengubah kata kerja intransitif menjadi kk transitif: menulis, membuang, merangkai.
- Membentuk kalimat aktif, artinya pokok kalimat melakukan kerja dari sebutan/predikat.
- Membentuk kata benda atau kata kerja menjadi kata sifat: membubung, mendengar.
.
Awalan me dengan akhiran i
Pasangan me--i pada umumnya dipakai untuk:
- Membentuk kata kerja transitif dari kata apa saja, dengan pengertian pokok kalimat melakukan kerja atas objeknya:
“Ia mendahului pelari didepannya” , artinya ia melakukan “kerja” dahulu. “Ia menikmati masa tuanya”, artinya ia melakukan “kerja” nikmat.
“Ia memaklumi kesulitan yang dihadapi para guru”, artinya ia melakukan “kerja” maklum. Ingat bahwa dahulu, nikmat dan maklum aslinya bukanlah kata kerja. Perlu diingat bahwa tidak semua kata bisa beri pasangan me--i, itu tergantung dari kata aslinya.
- Menunjukkan suatu pekerjaan dilakukan berulang kali:
“Ia menangisi kepergian ibunya”, artinya berulangkali menangis.
“Ia memukuli penjahat itu dengan gagang sapu”, artinya ia memukul lebih dari satu kali.
.
Awalan me dengan akhiran kan
Pasangan me--kan umumnya dipakai untuk:
- Membentuk kata kerja transitif dari kata apa saja, dengan pengertian pokok kalimat melakukan kerja atas objeknya:
“Ia merelakan semua uangnya untuk disumbangkan”, artinya ia melakukan “kerja” rela.
“Ia menciptakan robot pekerja”, artinya ia melakukan “kerja” cipta.
- Berbeda dengan pasangan me--i, pokok kalimat pada pasangan me--kan tidak selalu melakukan kerja pada objeknya tetapi menyebabkan objeknya melakukan “kerja”, misalnya:
“Ia menghindarkan makanan itu dari penglihatan orang yang sedang puasa”, artinya yang terhindar adalah makanan itu.
“Ia menghindari makanan berlemak”, artinya yang terhindar adalah ia (pokok kalimat).
.
Awalan pe
Dalam pemakaiannya awalan pe dapat berubah bentuk menjadi:
pem’ bila kata dasarnya dimulai dengan huruf b (bina-pembina, buru-pemburu) atau bila kata dasarnya dimulai dengan huruf p, maka huruf p dihilangkan (pemicu, pemahat).
peng’ bila kata dasarnya dimulai dengan huruf g, h, atau l (penggila, penghasil, penglihatan), atau bila kata dasarnya dimulai dengan huruf k, maka huruf k dihilangkan (kirim-pengirim, kunci-pengunci).
pen’ bila kata dasarnya dimulai dengan huruf c, d, atau j (pencatat, pendaki, penjahat), atau bila kata dasarnya dimulai dengan huruf t, maka huruf t dihilangkan (peniru, penari).
peny’ bila kata dasarnya dimulai dengan huruf s, dimana huruf s dihilangkan (sakit-penyakit, sunting-penyunting, sambung-penyambung).
Awalan pe pada umumnya dipakai untuk:
- Menunjukkan orang yang melakukan kerja atau mempunyai keahlian kerja yang disebutkan (pencatat, pemikir, peniru, petinju dsb).
.
Awalan pe dengan akhiran an
Pasangan pe--an pada umumnya dipakai untuk:
- Mengubah kata selain kata benda menjadi kata benda atau yang dibendakan (pelarian, pemukiman, penjelasan).
.
Awalan per
Awalan per pada umumnya dipakai bersamaan dengan akhiran an atau kan, atau awalan me. Apabila awalan per dipakai tanpa tambahan-tambahan tersebut maka kalimat yang dibentuk adalah kalimat perintah dimana kata kerjanya bisa transitif, bisa juga intransitif misalnya:
“Coba perjelas!”
“Jangan (mem)perburuk situasi”. Kata kerja yang diberi awalan per ini bisa jadi transitif, bisa juga intransitif.
.
Pasangan memper-- dipakai untuk:
- Membentuk kata kerja transitif dari kata yang bukan kata kerja (kb, kkead, ksf): (memperbudak, memperluas, memperbanyak, memperkuat).
.
Awalan per dengan akhiran an
Pasangan per--an pada umumnya dipakai untuk:
- Menunjukkan tempat kumpulan kegiatan (pertambangan, perkapalan, pertandingan).
- Membentuk kata benda atau yang dibendakan dari kata selain kata benda (perselisihan, persatuan, perkataan, perkiraan).
.
Awalan per dengan akhiran i
Pasangan per--i pada umumnya dipakai bersama dengan awalan me. Apabila pasangan per--i dipakai tanpa awalan me, biasanya kalimat yang dibentuk adalah kalimat perintah dimana kata kerjanya menjadi transitif misalnya:
“Jangan lupa perbaiki motor itu!”
Pasangan memper--i pada umumnya dipakai untuk:
- Membentuk kata kerja transitif dari kata yang bukan kata kerja (kkead, ksf, kbil): (memperbaiki, mempersakiti, mempertigai).
.
Awalan per dengan akhiran kan
Pasangan per--kan pada umumnya dipakai untuk:
- Membentuk kata kerja transitif dari kata yang bukan kata kerja: (pertahankan, persembahkan, perhitungkan).
.
Awalan ter
Ada empat macam pemakaian awalan ter
-Awalan ter yang dipakai untuk menunjukkan tingkat tertinggi dari suatu kata keadaan atau kata sifat. Pengertian kata keadaan atau kata sifat dibuat tingkatan misalnya:
pandai-lebih pandai-terpandai, tinggi-lebih tinggi-tertinggi.
Dalam bahasa Inggeris disebut “degree of comparison”, misalnya: good-better-best, high-higher-highest.
- Awalan ter yang mengubah kata kerja menjadi kata sifat: termenung, tercengang.
- Awalan ter yang menunjukkan suatu kata kerja berlangsung tanpa sengaja: terbangun, tertimbun, terpukul
- Awalan ter yang menunjukkan suatu kata kerja dapat/sanggup dilakukan: tersentuh.
.
Awalan ter dengan akhiran kan
Pasangan ter--kan pada umumnya sama saja dengan awalan ter, namun bedanya, pokok kalimat merupakan penderita (object) dari kata kerjanya:
“Juara itu akhirnya terkalahkan juga oleh penantangnya”.

Kamis, 23 Juli 2009

Satuan dan Dimensi

Catatan/Perhatian Untuk Pembaca
Asli tulisan ini dibuat memakai MS Word yang memiliki opsi penulisan dengan tanda pangkat, subscript, under-line dan formula matematika. Ternyata setelah di copy kedalam blogfile ini, semua tanda pangkat dan subscript tertulis dalam satu garis rata, dan semua formula matematika menjadi hilang, sehingga secara teknis tulisan ini sebagian tak bisa dibaca.
Misalnya: A pangkat 2 tertulis A2, kilogram dengan subscript massa tertulis kilogrammassa.
Dan semua rumus matematika dalam tulisan ini bahkan hilang sama sekali.
Semula penulis berniat menghentikan tulisan ini selanjutnya, namun setelah ditelaah, tulisan ini bila dibaca tanpa memperdulikan bentuk-bentuk pangkat, subscript dan rumus, essay-nya tetap bermanfaat bagi pembaca umum. Karena tujuan awal tulisan ini bukan hanya untuk akademisi tetapi juga untuk umum, bidang bisnis dan sebagainya, maka tulisan ini tetap dilanjutkan. Apabila cukup banyak pembaca yang menyatakan keinginan untuk mengetahui tulisan ini secara komplit, dalam waktu yang tidak begitu lama penulis berniat membuat tulisan ini menjadi buku elektronik, saat mana penulis akan menginformasikannya.


II. Satuan Sistim Dinamis dan Sistim Statis

2.1. Lambang Dimensi Satuan
Setiap satuan dalam bidang Sains dan Teknik dapat diberi lambang dimensi yang menggambarkan faktor-faktor pembentuk satuan tersebut. Lambang dimensi dipakai untuk mengontrol apakah satuan yang diberikan sesuai dengan hasil perhitungan hukum-hukum fisika dan teknik . Penjumlahan atau pengurangan dari suatu nilai hanya mungkin dilakukan atas nilai-nilai yang sejenis atau sama lambang dimensinya.
Sebagai pembanding sederhana, dapat dipakai contoh berikut :
7 ayam + 3 ayam = 10 ayam. Menggambarkan lambang dimensi nilai yang sama dapat dijumlah.
5 kambing – 3 ikan = ? Jelas tak mungkin, karena lambang dimensi masing-masing berbeda.
12 m2 + 25 m2 = 27 m2. Penjumlahan dimungkinkan karena berlambang dimensi sama.
3 kg + 20 m = ? Jelas tak mungkin karena lambang dimensi masing-masing berbeda.
3 m2 + 10 m = ? Jelas tidak mungkin, karena lambang dimensi masing-masing berbeda.
Dalam ilmu fisika, komponen awal pembentuk lambang dimensi satuan akan terdiri dari:
M (massa), L (panjang), dan T (waktu) untuk Sistim Dinamis/MLT.
F (gaya), L (panjang), dan T (waktu) untuk Sistim Statis/FLT.
Lambang F, M, L, dan T tersebut dipakai sebelum ketentuan Sistim Internasional direvisi pada Konferensi Lembaga Berat dan Ukuran Internasional pada tahun 1971. Lambang dimensi tidak termasuk dalam SI, karena SI hanya menetapkan lambang satuan dan singkatannya ditetapkan dengan satu atau dua huruf, baik huruf besar maupun huruf kecil. Dalam Sistim Internasional yang dijelaskan pada Bab tersendiri, ditetapkan lambang satuan untuk tujuh satuan dasar yang disepakati didefinisikan yaitu kg (massa-kilogram), m (panjang-meter), s (waktu-detik/second), A ( arus listik-ampere ), cd ( intensitas penerangan-candela ), mol ( jumlah zat ), dan T ( temperatur-derajat K ). Untuk sementara sampai pada bagian yang membicarakannya, satuan-satuan SI tersebut belum dibahas. Satuan yang memakai sistim lama dibicarakan lebih dahulu sehingga istilah lambang dimensi tetap dipakai dalam bentuk formula, sedang lambang satuan dipakai sewaktu perhitungan nilai-nilai. Dengan cara itu, diharapkan sewaktu mempergunakan Sistim Internasional, pembaca sudah faham asal-usulnya, dan apabila suatu waktu menemukan sistim berbeda, tidak akan sulit memahaminya. Semua satuan lain dibentuk dari ikatan aljabar dari satuan-satuan yang didefinisikan itu, kombinasinya ataupun kombinasi dengan satuan yang belum tercakup di dalamnya. Penjelasan tentang hal ini diberikan pada Bab tersendiri.
.

2.2. Satuan Sistim Dinamis / MLT
Sistim Dinamis adalah sistim yang menetapkan satuan yang didefinisikan adalah massa (M), panjang (L) dan waktu (T)
Oleh karena yang didefinisikan adalah M, L, dan T, maka Sistim ini disebut sebagai Sistim MLT dan karena ukuran yang didefinisikan relatif besar maka sistim ini juga disebut sebagai Sistim Dinamis Besar. Dalam pertemuan ahli-ahli di Lembaga Berat dan Ukuran Internasional yang ke 14 pada tahun 1971 ditetapkan Sistim Satuan Internasinal disingkat SI yang mengadopsi Sistim Dinamis Besar (MLT) namun dengan ketentuan lebih terperinci. Sistim Internasional (SI) ini berlaku hampir disemua Negara di dunia khususnya dalam bidang Sains, kecuali di Negara-negara tertentu. Pertemuan para ahli tersebut disebut “La Conference Generale des Poids et Measures” disingkat CGPM atau dalam Bahasa Inggeris “The General Conference of Weights and Measures”. Pertemuan-pertemuan para ahli tersebut selanjutnya dilakukan pada waktu yang dirasa perlu untuk mengaktualkan definisi satuan dan kebijakan lainnya, diantaranya menghasilkan perubahan pada tahun 1976, 1983 dan 1999.
Pada SistimDinamis Besar, didefinisikan massa 1 kg(massa) atau ditulis 1kgm = massa silinder platinum-iridium yang disimpan di Lembaga Ukuran dan Berat Internasional di Paris. Ditulis M = 1 kgm.
Satuan panjang didefinisikan 1 meter adalah 1/299 792 458 kali jarak tempuh cahaya (dalam satuan meter) setiap detik dalam ruang hampa (vacuum). L = 1 meter.
Satuan waktu didefinisikan 1 second = 9.192.631.770 kali periode frekuensi isotop Cs133 seperti ditulis pada Pasal 1.4 diatas. Ditulis t = 1 second
Seperti diketahui hukum Newton ke-dua adalah
F = M x a
dimana F = gaya, M = massa dan a = percepatan.
Dari pelajaran Mekanika, percepatan adalah jarak (dalam satuan panjang) / waktu pangkat dua, sehingga satuan a = 1 = 1 .
Maka didapat satu satuan gaya dalam sistim MLT : F = 1 kgm .
Dengan demikian dapat ditulis lambang dimensi gaya dalam Sistim Dinamis Besar (MLT) adalah ( ML/T2 ) atau ( MLT-2 ). Satuan ini disebut newton ( N ) sehingga
1 newton = 1 kgm .m/s2
Dapat diartikan, 1 newton adalah besarnya gaya yang memberikan percepatan 1m/s2 kepada massa sebesar 1 kgm.
Keputusan Lembaga Berat dan Ukuran Internasional tahun 1971 menetapkan 1 kgmass hanya ditulis 1 kg, sehingga dalam buku-buku Sains setiap penulisan kg mengacu pada kg(massa). Dengan demikian penulisan seperti kgmass atau kgm tidak ditemukan lagi pada buku-buku Sains terbitan baru. Inilah yang menjadi kerancuan dalam praktek sehari-hari di perdagangan, dimana kg dapat diartikan mengacu pada kg(gaya), seperti akan dibahas pada Pasal 2.3 berikut, dan juga diingatkan pada Pasal 8.2.2 dari tulisan ini.Perlu diingatkan, untuk sementara pembahasan ini belum mengacu pada Sistim Satuan Internasional 1971 dan seterusnya namun bila dirasa perlu, suatu penjelasan tentang perbedaannya langsung diberikan. Pendefinisian satuan telah disamakan dengan ketentuan terakhir, namun sistim yang diuraikan berikut ini masih memakai Sistim Dinamis Besar. Karena satuan-satuan yang didefinisikan adalah meter, kilogram dan second maka sistim ini disebut juga sebagai Sistim MKS sebagai singkatan dari Meter, Kilogram dan Second. Sebagai bagian dari Sistim Dinamis ditetapkan pula Sistim Dinamis Kecil dengan satuan massa 1 grammass yang ditulis 1 gm, satuan panjang 1 centimeter(cm) dan satuan waktu 1 second. Oleh karena itu Sistim Dinamis Kecil disebut juga Sistim cgs , singkatan dari centimeter-gram-second.
Maka untuk Sistim Dinamis Kecil, satu satuan gaya adalah: F = 1 gm x cm/s2.
Satuan ini disebut dyne sehingga
1 dyne = 1 gm. cm/s2.
Dapat dihitung 1 newton = 1.000 gm x 100 cm/s2 = 100.000 dyne = 105 dyne.


2.3. Satuan Sistim Statis/FLT
Pada Sistim ini, satuan yang didefinisikan adalah gaya (F), panjang (L) dan waktu (T). Oleh karena itu sistim satuan ini disebut juga sebagai Sistim FLT. Walaupun dalam buku-buku Sains sistim ini sudah tidak digunakan, namun dalam perdagangan dan kehidupan sehari-hari, satuan ini beserta turunannya tetap dipakai di hampir seluruh dunia.
Didefinisikan gaya 1 kg (gaya) ditulis 1 kgf adalah gaya tarik bumi terhadap massa silinder platinum-iridium (yang disimpan) di Paris tersebut Pasal 1.4 diatas. Didefinisikan F = 1 kgforce atau 1 kgf. Oleh karena tidak mungkin mendapatkan ukuran pas 1 kgf dengan cara pengukuran berat silinder tersebut ditempat lain, maka ditetapkan nilai percepatan gaya tarik bumi g standard seperti di kota Paris yaitu 9,80665 m/s2 atau 980,665 cm/s2. Untuk membuat nilai 1 kgf menjadi standard, maka semua alat ukur yang dipakai dimanapun di bumi harus ditera secara teliti dari spesimen yang disimpan di Paris tersebut.
Didefinisikan panjang dan waktu sesuai dengan Sistim Satuan Dinamis
Didefinisikan L = 1 meter dan T = 1 second.
Dari hukum Newton ke-dua F = M x a, artinya M = F / a
Jadi satu satuan massa dalam sistim FLT adalah : M = 1 kgf- dan karenanya diberi lambang dimensi (FT2/L) atau ( FT2L-1) .
Oleh karena satuan-satuan yang didefinisikan diatas relatif besar, maka sistim ini disebut sebagai Sistim Statis Besar. Ditetapkan pula Sistim Statis Kecil dengan satuan gaya 1 gram(gaya) ditulis 1 gf , satuan panjang 1 cm dan satuan waktu 1 second.
Maka untuk Sistim Statis Kecil, satu satuan massa M = 1 gf-
Satuan Massa Statis Besar disingkat disingkat SMSB, sedangkan Satuan Massa Statis Kecil disinkat SMSK.
Didapat 1 SMSB = 1.000 gf . s2/100 cm = 10 SMSK
Gaya tarik bumi terhadap massa silinder platinum-iridium tersebut diatas adalah1 kgf.
F = M x a
dimana M adalah 1 kgmass dan a adalah percepatan gravitasi bumi g (di kota Paris)
sehingga 1 kgf = 1 kgm . g (m/s2) = g newton.
dimana gravitasi g dihitung dalam meter per detik2.
Oleh karena di kota Paris g adalah 9,80665 m/s2 maka
1 kgf = 9,80665 newton (N)
Begitu pula dihitung 1 gramforce = 1 gm . g (cm/s2) = g dyne
dimana gravitasi g (di kota Paris) dihitung dalam cm per detik2.
Nilai g di kota Paris 980,665 cm/s2 , jadi
1 gramforce = 980,665 dyne
Jelas bahwa walaupun gravitasi di tiap tempat di muka bumi berbeda-beda, namun dengan definisi diatas 1 kgforce atau ditulis 1 kgf atau sering disebut 1 kilopond adalah tetap sebesar 9,80665 N, jadi berlaku diseluruh dunia sehingga 1 kgf di Paris sama dengan 1 kgf di Jakarta dan sebagainya.
Yang membuat kebanyakan orang bingung adalah, dalam praktek sehari-hari dan perdagangan, 1 kgforce atau 1 kgf hanya ditulis 1 kg, dan menjadi rancu dengan penulisan 1 kg dalam Sistim Internasional (MKS) diatas yang mengacu pada 1 kgmass. Oleh karena itu dianjurkan kepada pembaca tulisan ini untuk berhati-hati dalam memakai atau mengartikan 1 kg. Bila dalam perhitungan Sains, itu mengacu pada massa namun dalam sehari-hari dan perdagangan itu mengacu pada berat, yang berarti juga gaya (gaya tarik bumi terhadap massa).

2.4. Sebutan Sistim Metrik
Pada akhir abad 18, sering dijumpai masing-masing Negara di Eropa memiliki satuan panjang, luas tanah dan berat berlainan di tiap Negara, bahkan ditiap wilayah dalam satu Negara. Pedagang, para Ahli dan orang terpelajar merasakan pentingnya kesamaan dalam menentukan ukuran. Salah satu ukuran yang disepakati beberapa Ahli adalah satuan panjang meter. Di Perancis walaupun resminya satuan ini diberlakukan tahun 1799, namun realitasnya yang umum adalah mulai tahun 1837. Baik Sistim Dinamis maupun Sistim Statis mempergunakan satuan meter dan memakai decimal untuk fraksi ataupun kalipatannya. Karena sifat ini dimiliki oleh satuan panjang “meter”, maka setiap satuan yang bersifat decimal diberi sebutan Satuan Metrik, sedang sistim yang memakainya disebut Sistim Metrik.


2.5. Sistim Inggeris
Identik dengan sistim pada Pasal 2.1 dan 2.2 , Negara Inggeris dan beberapa negara “common-wealth” dan Amerika Serikat memakai sistim, baik FLT maupun MLT namun dengan nilai satuan yang berbeda. Walaupun pada prinsipnya Negara-negara tersebut menyetujui memakai sistim SI tahun 1971, namun agaknya memakan waktu yang masih lama untuk menerapkannya di Negara-negara tersebut. Misalnya pada perdagangan emas internasional, harga-harga satuan perdagangan masih ditetapkan menurut Satuan Inggeris troy-ounce (1 troy-ounce = 31,10348 gramf) atau dalam satuan Sistim Statis (FLT) gramf atau kgf. Alat ukur perdagangan umumnya adalah timbangan, jadi yang diukur adalah berat (satuan gaya), sedangkan alat ukur massa walaupun telah dibuat namun belum popular. Pengertian antara massa, gaya dan berat akan dibahas lebih jauh dalam Pasal tersendiri.


2.5.1 Sistim MLT-Inggeris
Satuan massa didefinisikan 1 lbmass ditulis lbm dibaca 1 pound massa.
Apabila dikonversikan 1 lbmass = 454 grammass.
Satu satuan panjang didefinisikan 1 ft dibaca 1 feet atau 1 kaki.
Dikonversikan 1 ft = 30,048 cm.
Satuan waktu didefinisikan 1 detik atau 1 second disingkat 1 s.
Didapatkan satuan gaya yang dihitung dengan Hukum Newton ke-dua yaitu 1 lbm-ft / s2 yaitu gaya yang memberikan percepatan sebesar 1 ft/s2 kepada massa sebesar 1 lbm. Satuan gaya ini disebut poundal. Jadi
Gaya 1 poundal = 1 lbm.ft /s2

Perlu diingat bahwa satuan Inggeris memakai kelipatan 12 , bukan puluhan seperti :
1 ft = 12 inch dengan konversi 1 inch = 254 mm (millimeter) atau = 2,54 cm


2.5.2 Sistim FLT –Inggeris
Satuan gaya didefinisikan 1 lbforce atau 1 lbgaya ditulis 1 lbf dibaca 1 pound gaya adalah gaya tarik bumi terhadap massa 1 lbmass di kota London
Oleh karena gravitasi di London adalah 386,22 ft/s2, maka sesuai penjelasan diatas didapat 1 lbforce = 386,22 poundals
Untuk penyesuaian dengan satuan lain, dikonversikan 1 lbf = 454 gramf
Satuan panjang dan satuan waktu sama dengan Sistim MLT diatas yakni masing-masing 1 ft untuk satuan panjang dan 1 second untuk satuan waktu.
Maka satuan massa dalam sistim ini dihitung dengan Hukum Newton ke-dua yaitu 1 lbforce.s2/ft dan ini disebut pula slug. Jadi
Massa 1 slug = 1 lbf.s2 / ft

Sebagian besar Negara di dunia sudah tidak memakai Sistim Inggeris namun produk-produk buatan Inggeris, Amerika Serikat dan negara-negara “common-wealth” masih memakai sistim ini, sehingga masih perlu pengetahuan tentang sistim ini agar konversi antar sistim lebih mudah dilaksanakan dan difahami. Buku-buku Amerika sampai saat ini masih menulis satuan-satuan dalam dua sistim yaitu SI dan Inggeris.
Suatu turunan dari satuan lbf yang disebut ounce bahkan sampai sekarang dipakai dalam perdagangan internasional.
Ada tiga macam penamaan ounce, yaitu 1 ounce avoirdupois (traditional) = 1/16 lb = 28,3495 gram, 1 troy-ounce (dipakai untuk logam mulia emas/perak) dan 1 ounce apothecary. Berbeda dengan 1 lb traditional ( kira-kira = 454 gram), 1 lb apothecary = 373,2417 gram. Besaran 1 troy-ounce = 1 ounce apothecary = 1/12 lb apothecary = 31,10348 gram. Berdasarkan Satuan Internasional (SI) tahun 1971 ukuran jumlah suatu bahan adalah jumlah massa, walaupun sehari-hari ditakar pakai timbangan. Bentuk satuan berat atau force dihapus, sehingga satuan dianggap massa dan 1 lbapothecary dikonversi menjadi = 373,2417 gram (massa) maka:
1 troy ounce = 31,10348 gram (massa)
Untuk diketahui, kata ounce berasal dari bahasa Latin uncia , yang berarti 1/12 bagian, karena 1 pound Romawi terdiri dari 12 uncia. Kata inchi juga berasal dari akar kata yang sama yang berarti 1/12 foot.
Kebanyakan buku-buku Amerika sampai saat ini masih menulis satuan-satuan dalam dua sistim yaitu SI dan Inggeris.
Misalnya : Massa ditulis …. kg (….lbmass) atau (….slug)
Gaya ditulis …. N (… poundal) atau (….pound force)
Juga misalnya ….m (….ft) dan ….m2 (….ft2)
Uraian selanjutnya dalam buku ini akan tetap menjelaskan kedua sistim ini, baik Sistim Metrik (MKS-cgs-Statis Besar-Statis Kecil) maupun Sistim Inggeris (MLT – FLT).


2.5.3. Satuan Inggeris Spesifik
Beberapa ukuran yang dipakai di Inggeris, Amerika Serikat dan beberapa Negara common-wealth tidak bersangkut paut secara langsung dengan satuan lb (pound), feet (ft) dan second.(s). Jenis ukuran yang masih terpakai sampai saat ini seperti barrel, pint, quarts, dan lain-lainnya akan dicantumkan dalam tabel konversi yaitu Tabel 8.3.6 pada Bab terakhir tulisan ini.