Rabu, 04 Agustus 2010

Bandid "Pahalawan" vs Bandid Haram Jadah

Istilah “Bandit” terlanjur digunakan oleh sebagian Kompasianer sebagai sebutan untuk para Koruptor, para pengemplang pajak, para pejabat yang makan suap dan tukang peras.
.
Marilah kita melihat secara dinamika ekonomi kepada para “bandit” itu.
.
Apabila seseorang mengumpulkan kekayaan dengan cara tidak wajar seperti disebut diatas sehingga kekayaannya menjadi sangat besar, ada tiga kategori yang pantas dan layak diberikan:
.
1. Apabila kekayaannya sudah sangat besar, tapi cuma dipakai untuk berfoya-foya, membeli banyak rumah, tanah-tanah yang luas untuk investasi, membeli dan menyimpan berkilo-kilo emas, bahkan mungkin beristri simpanan satu, dua atau lebih.
Dia dapat diberi gelar "Bandit Kelas Tikus".
Tak ada manfaat kekayaannya buat masyarakat, padahal ia mengumpulkan harta haram dari Negara. Untuk mendepositokan uangnya pasti dia takut ketahuan dilacak oleh PPATK.
Orang seperti ini banyak sekali, umumnya pejabat yang tak bisa berniaga, taunya cuma suap dan peras.
.
2. Apabila kekayaannya dari hasil usaha tidak wajar, entah dengan menipu masyarakat, mengemplang kredit bank, mengemplang pajak dan sebagainya dan ketika kekayaannya demikian besar dan takut diselidiki, ia melarikan uangnya ke Negara lain.
Ia berinvestasi disana, membuka usaha disana dan tentunya membuka lapangan kerja bagi penduduk Negara tempat ia berinvestasi atau membuka usaha itu.
Nah orang ini dapat disebut “Bandit Haram Jadah”.
Tak ada manfaat kekayaannya bagi masyarakat. Indonesia hanya dijadikan tempat ia mengumpulkan uang haramnya, ia tidak punya rasa nasionalisme.
Orang seperti ini banyak, biasanya melarikan uangnya ke Singapura, Australia, Hongkong, Cina, Thailand dsb.
.
3. Apabila kekayaannya dari hasil usaha tidak wajar, entah dengan mengemplang pajak atau mengemplang kredit bank, sehingga kekayaannya demikian besar, namun ia tetap berada di Indonesia.
Ia tetap memperbesar dan memperbanyak usaha di Indonesia, memberi lapangan kerja kepada masyarakat Indonesia, membayar (walau sebagian dikemplang) pajak kepada Negara Indonesia. Kategori apa yang pantas diberikan padanya?
Pada perusahaan-perusahaan yang dibangunnya (yang mungkin sebagian dari uang haram- tuduhan yang mungkin belum dibuktikan), ia memberi lapangan kerja kepada mungkin ribuan orang, memberi makan kepada bisa jadi puluhan ribu karyawan dan keluarganya.
Tentu saja sebagai manusia ia juga menikmati kekayaannya.
Saya percaya ia pantas dimasukkan dalam kategori “Bandit Pahalawan” karena pastilah ia berpahala memberi lapangan kerja pada bangsanya. Ia pasti masih punya rasa nasionalisme yang tinggi.
Orang-orang seperti ini ada beberapa di Negeri ini.
.
Saya tergugah menulis karngan ini karena diantara begitu banyak Kompasianer yang menista Aburizal Bakrie, seperti tak ada keseimbangan. Seperti tulisan hari ini 4 Agustus 2010 yang menyebutnya sebagai bandit karena ia menikahkan anaknya dengan super mewah, yang dikatakan ia sebagai pengemplang pajak dengan bantuan Gayus Tambunan.
.
Saya tidak ada hubungan dengan Aburizal Bakrie, saling tidak mengenal. Tapi saya tahu sumbangsihnya pada almamaternya (ITB) boleh dibanggakan yang menunjukkan ia bukan cuma rakus seperti tikus dan haram jadah itu.
.
Kompasianer pasti bisa menemukan beberapa orang yang masuk kategori 1, 2, atau 3.
Dan yang berkategori 3 (sebagaimana AB) tentu saja ada pula beberapa yang saya tahu.

.Tolong dicatat bahwa tulisan ini bukan bermaksud menyatakan persetujuan penulis terhadap cara-cara tidak wajar dalam mengumpulkan harta.

Jumat, 25 Juni 2010

Telangkai, Waspadailah Benih Keretakan

Kata telangkai berasal dari bahasa Melayu, saya belum dapat menemukan kata yang sepadan baik dalam Bahasa Indonesia maupun dalam Bahasa Daerah lain di Indonesia.

Pada zaman dahulu, perkawinan sepasang muda-mudi lebih banyak dari hasil penjodohan oleh orang tua masing-masing. Dengan perkembangan zaman, pasangan yang akan dijodohkan biasanya sudah saling mengenal, bahkan sering sudah saling mencintai.

Terlepas dari cara mereka berkenalan ataupun diperkenalkan, hampir semua suku di Indonesia melakukan rentetan acara yang menuju perkawinan tersebut.
Biasanya keluarga dari pihak lelaki datang berkenalan ke keluarga perempuan kemudian pada waktu yang tidak begitu lama, pihak keluarga perempuan mendatangi keluarga pihak lelaki juga sekedar berkenalan. Soal pihak mana yang lebih dulu berkunjung tidaklah terlalu mengikat, itu hanya sesuai adat yang disepakati oleh kedua pihak.

Apabila dalam dua kali pertemuan keluarga tersebut ada suatu kesepahaman tentang kelanjutan hubungan antar muda-mudi - dalam istilah keren bisa disebut sebagai MOU - maka peristiwa itulah yang disebut sebagai awal dari masa telangkai .

Hal itu belumlah dapat dikatakan bahwa keduanya telah bertunangan, karena pembicaraan-pembicaraan lanjutan dan rentetan acara masih harus dilalui. Melamar, bertukar tanda (karena dalam Islam tidak ada istilah bertunangan) maksudnya hanya bukti “commitment” bahwa ada itikad akan dilakasanakannya perjodohan, penentuan hari, penentuan biaya, penentuan mas kawin, penentuan gedung tempat acara, cincin kawin, undangan dan lain-lain.

Sampai pada hari dan waktu ijab-kabul dilaksanakan, berakhirlah masa telangkai.

Masa telangkai itu bisa memakan waktu beberapa bulan bahkan ada yang sampai setahun atau lebih. Nah, dalam masa bertelangkai itu sangat sering terjadi hal-hal yang tak terduga yang dapat dan sering juga menyebabkan batalnya pernikahan, menghapus semua “commitment’ yang telah terjadi.

Hal-hal sepele bisa menjadi semacam “lethal poison”, semua rencana hapus dalam sesaat.

Hanya karena tidak sepaham tentang uang lamaran, bisa terjadi batalnya perkawinan. Hanya karena tidak sepaham tentang pakaian adat pengantin, perkawinan bisa batal. Tidak sepaham karena tempat acara, tidak sepaham tentang siapa yang memikul biaya acara, tentang mas kawin, tentang susunan acara, tentang adat yang dipakai bila berasal dari suku yang berbeda, salah ucap sewaktu berunding, semua itu bisa menjadi penyebab batalnya perkawinan. Padahal undangan terkadang sudah dicetak, terkadang sewa gedung sudah dilunasi. Bahkan ada yang undangan sudah dicetak, sewa gedung sudah dibayar, biaya catering sudah dipanjar, eh karena masalah sepele tentang biaya sampingan, perkawinan jadi batal.

Peristiwa yang cukup menyedihkan penah juga penulis dengar, hanya karena saat menebus cincin kawin, si lelaki kebetulan sedang tak punya uang cash, ingin pinjam dari calonnya. Mendengar hal itu calon mertuanya langsung membatalkan. Astaghfirullah!

Ada juga kejadian, salah seorang diketahui masih “contact2″ dengan bekas pacar, batal juga rencana perkawinan yang tinggal menunggu hari.

Jadi waspadalah pada masa telangkai, godaan dan cobaan sangat berat. Kedua pihak baik keluarga maupun kedua calon mempelai harus saling menjaga diri dan menghindar dari benih-benih pertikaian agar kedua sejoli bisa mencapai mahligai yang dicita-citakan.

Rabu, 12 Mei 2010

Hilangnya Sopan Santun Bahasa Ketimuran

Bahasa-bahasa daerah di Indonesia pada awalnya memiliki ciri kesantunan sebagai Bangsa Timur. Bangsa Timur diindikasikan sebagai bangsa-bangsa Asia Timur dan Tenggara sebagai pembedaan atas istilah Bangsa Barat yang umumnya terdiri atas bangsa-bangsa Eropa yang kemudian diperluas meliputi juga bangsa Amerika.

Salah satu ciri bahasa orang Timur adalah dalam menyebutkan diri sendiri selalu merendah, baik kepada orang tua sendiri, kepada orang yang lebih tua, kepada orang yang dihormati ataupun kepada orang yang baru dikenal.

Penulis tidak ingin mengulas bahasa orang timur di Indonesia pada zaman “Siti Nurbaya” misalnya karena saat itu Indonesia masih dijajah, yang kemungkinan dipengaruhi status bangsa jajahan. Yang saya perhatikan adalah perbandingan bahasa penyebutan diri sendiri pada saat ini dengan beberapa dekade sebelumnya.

Sewaktu saya masih dikampung, menyebut diri sendiri kepada orang tua atau orang yang lebih tua adalah saya . Kepada mereka saya memanggil pak atau ibu, kak atau abang.
Sewaktu saya tinggal di Bandung, saya belajar bahasa Sunda sekaligus mencari padanan kata-kata bahasa Indonesia, Sunda dan Jawa. Saya temukan padanan kata saya dari bahasa Indonesia adalah abdi dalam bahasa Sunda dan kula atau dalem (singkatan abdi dalem) dalam bahasa Jawa. Semua kata tersebut bercirikan rakyat jelata yang menyebutkan dirinya kepada raja. Saya (singkatan sahaya), abdi, kula (singkatan kawula) dan dalem sama-sama berarti rakyat dari raja. Dalam hal menyebut diri kepada teman sejajar, dalam bahasa Indonesia tetap saya atau aku. Hal sepadan dalam bahasa Sunda adalah urang atau aing (agak pasaran), sedang dalam bahasa Jawa adalah tetap aku .

Dalam bahasa Sunda sebutan kepada orang tua atau yang dihormati adalah den (singkatan raden) atau yang lebih hormat lagi gan (singkatan dari juragan) atau anjeun (untuk wanita). Kepada yang sejajar disebut maneh, atau sia (agak pasaran).

Dalam bahasa Jawa bahkan ada tingkatan sosial yang membedakan bahasa. Bahasa orang yang derajad sosial tinggi kepada yang lebih rendah, berbeda dengan bahasa orang yang derajad lebih rendah kepada yang lebih tinggi. Hal ini tidak akan saya bahas disini. Panggilan kepada orang yang dihormati bisa sampean, atau panjenengan.

Tapi semua itu ada pada jaman beberapa dekade lalu. Sehingga saya terkaget-kaget pada beberapa tahun terakhir. Pembantu saya orang Sunda, menyebut dirinya aku dan pembantu saya orang Jawa juga menyebut dirinya aku. Teman anak saya berbicara kepada saya menyebut dirinya aku. Semua orang sepertinya mengikuti bahasa sinetron, kepada siapapun menyebut dirinya aku.

Saya bukanlah ingin menghidupkan (kembali) bahasa berbau feodal atau aristokrat, namun saya agak risih juga berbicara dengan seorang anak kecil dan dia menyebut dirinya aku. Saya merasa sopan santun bahasa sebagai orang timur sudah hilang. Masihkah kita mengaku berbudaya tinggi, ramah tamah, sopan santun layaknya orang Indonesia? Sepertinya perkembangan bahasa terlalu proletar sehingga kehilangan sifat sopan santunnya.

Sabtu, 24 April 2010

Tumapel Gempar

Akuwu Tumapel, Tunggul Ametung terbunuh. Siapa pembunuhnya? Ada beberapa petinggi, satria, bahkan pemberontak yang masing-masing punya motif.

Penasihat Akuwu, Belakangka, wakil Kediri (Tumapel termasuk taklukan Kediri), selama ini bekerja sama dengan sang Akuwu dalam menghisap harta rakyat. Tapi dalam hati Belakangka, pembagian harta tidak berimbang. Sang Akuwu terlalu berkuasa dan serakah. Maka sifat serakah Belakangka pun muncul pula. Ia ingin menghabisi Sang Akuwu agar ia jadi Penguasa. Untuk itu ia merekrut seorang ahli senjata, Empu Gandring untuk menjalankan rencananya.

Empu Gandring sebagai ahli membuat senjata juga punya ambisi untuk berkuasa. Iapun menjalankan rencana Belakangka, namun dengan niat ingin berkuasa dan sekaligus akan menyingkirkan Belakangka bila rencana menghabisi sang Akuwu sudah berhasil nantinya. Ia mendekati para prajurit, para satria yang selalu berhubungan dengannya dalam pembuatan senjata.

Salah seorang satria, Kebo Ijo tertarik dengan rencana Empu Gandring. Iapun setuju mengadakan gerakan untuk menyingkirkan sang Akuwu dengan pasukannya, namun dalam hati ia juga punya niat menghabisi Belakangka dan Empu Gandring setelah menyelesaikan sang Akuwu. Kebo Ijo merasa ia lebih berhak menguasai Tumapel sebab dari garis keturunan, hanya ia yang berdarah agak biru.

Dan Ken Arok, si pemberontak yang merasa penindasan yang dilakukan Sang Akuwu Tunggul Ametung telah diluar batas. Sistim perbudakan yang telah dua ratus tahun sebelumnya dihapus oleh Sri Erlangga, raja Kahuripan kini dijalankan oleh keturunannya sendiri Kertajaya, raja Kediri. Dan Tunggul Ametung sebagai akuwunya, mengikuti cara Kediri. Ia melakukan kembali perbudakan, merampok rakyat, membunuh orang-orang yang tak disukainya, bahkan perkosaan dibiarkan terjadi tanpa hukum. Disinilah, paling tidak menurut kisah Arok-Dedes karangan Pramoedya Ananta Toer, Arok adalah satu-satunya yang punya motif lebih bersih dari yang lain.

Keributan, kerusuhan, pemberontakan dari dalam dan dari luar istana melanda Tumapel.

Dan seperti kisah-kisah keberhasilan merebut tahta yang lain, Ken Arok memanfaatkan andalan manusia modern masa kini: informasi. Dengan cerdik ia mengumpulkan informasi, apa dan siapa yang ada dalam lingkup istana, rencana-rencana rahasia masing-masing petinggi dan satria, dan menysun rencananya sendiri.

Singkat cerita, ia membunuh Tunggul Ametung. dan ia berhasil mempengaruhi para prajuritnya dan sisa prajurit Tumapel, bahwa Kebo Ijo lah yang punya motif membunuh sang Akuwu. Bahwa Kebo Ijo menyalahkan Empu Gandring, dan Empu Gandring yang terlebih dulu telah disingkirkan Ken Arok menyalahkan Blakangka tidak lagi didengar. Kebo Ijo dieksekusi, begitu pula Blakangka. Dan dengan mulus Ken Arok “diminta” oleh rakyat untuk menjadi Akuwu dan disahkan dan dilantik secara resmi oleh kaki tangannya dalam pemberontakan, yang seakan orang suci: Dang Hyang Lohgawe.

Lantas apa yang bisa dipetik dari kisah ini untuk saat ini? Sangat berguna sebagai pebanding dalam kehidupan kita bernegara. Pada waktu ini masih ada yang melakoni Belakangka, melakoni Empu Gandring, melakoni Kebo Ijo. Dan peng”Kebo Ijo”an seseorang mungkin telah, masih atau sedang berlangsung dinegeri ini. Mari kita cermati.

Minggu, 04 April 2010

Teknologi Dan Sifat Sosial Pada Manusia Modern

Selama ribuan tahun manusia selalu berusaha meningkatkan kualitas kehidupan dari masa ke masa. Untuk itu manusia mempelajari dan mempergunakan teknologi. Mulai dari teknologi yang paling primitif misalnya cara membuat api, berlanjut ke teknologi membuat barang dari perunggu dan sampai pada penemuan cara membuat besi dan pemanfaatannya bersamaan dengan teknik bercocok tanam.

Dalam waktu yang sangat lama manusia seakan tertatih-tatih dalam upayanya mencapai kwalitas hidup yang lebih layak, karena perkembangan teknologi berjalan sangat lambat. Sampai suatu saat yang disebut Revolusi Industri.

Itu dimulai dengan penemuan mesin uap oleh James Watt pada tahun 1775, dilanjutkan dengan penemuan telegraf, telepon, motor listrik, mesin diesel dan awal pesawat terbang oleh Wright bersaudara tahun 1903 dan mobil model T Ford tahun 1908.

Manusia seakan baru bangun tidur, karena dengan teknologi yang ditemukan membuat semua pekerjaan menjadi mudah dilaksanakan. Kalau dulu jarak yang jauh ditempuh ber bulan-bulan diubah menjadi bilangan hari bahkan jam. Kalau dulu suatu perintah atau informasi harus diantar oleh kurir, diubah menjadi komunikasi “real time”.

Setelah melewati Revolusi Industri, diikuti oleh zaman modern, kini bahkan dikatakan zaman supra modern atau zaman informasi. Artinya segala kegiatan manusia ditentukan oleh informasi. Siapa yang mendapat informasi lebih dulu akan unggul terhadap saingannya. Ini berlaku hampir dalam segala bidang: Pertahanan, Pemasaran, Ekonomi, Teknologi, Kesehatan, Eksploitasi Sumber Daya Alam dan sebagainya.

Begitulah majunya teknologi manusia saat ini, namun ada satu hal yang hampir tak pernah berubah sepanjang masa; kalaupun ada, kemajuannya sangat lambat. Itu adalah sifat sosial, sifat bermasyarakat, sifat ingin menolong dan berkorban untuk orang lain. Bahkan agama sekalipun boleh dikatakan tidak berhasil merubah sifat sosial masyarakat. Di daerah-daerah yang penduduknya terkenal sangat agamis, dimanapun, baik di Indonesia maupun diluar Indonesia, masyarakatnya tetap anti sosial, mementingkan diri sendiri dan tak mau berkorban buat sesamanya. Mencuri, korupsi, merampok, membunuh dan kejahatan kemanusiaan lain seakan tak bisa hapus oleh ajaran agama.

Dalam hal ini sebenarnya kemajuan kita manusia bahkan tertinggal jauh dari beberapa jenis hewan dan serangga. Dalam masyarakat semut dan lebah, perngorbanan diri dalam arti sesungguhnya (mati) untuk kelangsungan hidup kelompok adalah suatu hal yang biasa. Masyarakat mereka sangat teratur, jauh lebih tertib dari manusia.

Tak usah dulu kita bicara soal tabiat manusia secara umum, ambil saja contoh para pemimpin, dalam segala tingkatan, mulai dari Lurah keatas, wakil rakyat di DPR dsb.
Sebenarnya secara fillosofi, paling tidak syarat dasar seorang pemimpin dan penegak hukum harus memiliki sifat sosial tersebut. Bersedia berkorban demi rakyat, berjuang untuk masyarakat, bersedia meninggalkan kepentingan sendiri demi kepentingan masyarakat. Tapi adakah kita menemukan sifat itu disekitar kita? Semua dipenuhi korupsi, semua dipenuhi egoisme yang berlebihan. Tentu saja masyarakat biasa lebih parah lagi.

Tampaknya teknologi yang sangat maju memang menghasilkan kwalitas hidup yang makin baik. Hidup semakin mudah, kesehatan menjadi baik, umur relatif menjadi lebih panjang, dan menyebabkan pertambahan penduduk lebih cepat. Namun disisi lain kwalitas kejahatan kemanusiaan malah semakin menggila oleh kemajuan teknologi. Sekarang kita sudah biasa disuguhi berita tentang pembunuhan dengan perkosaan, mutilasi, sodomi misalnya atau perampokan disertai pembunuhan, atau hanya untuk mengambil sepeda motornya, seseorang dibunuh dan sebagainya. Hal yang sangat langka terjadi dimasa 40 tahun yang lalu atau sebelumnya.

Saat ini kita merasa rasa kemanusiaan mundur seribu tahun kebelakang. Sifat manusia hanya sedikit lebih baik dari sifat suku primitif yang barbar dan kanibal. Dengan pertambahan penduduk yang makin tak bisa dicegah, dimasa mendatang bisa jadi kejahatan makin meningkat, baik volume maupun kwalitasnya akibat persaingan yang semakin keras dalam kehidupan.

Kita melihat agama saja tak mampu mengontrol perilaku masyarakat. Memang dengan adanya agama, masih ada sedikit pengontrol perilaku pribadi. Negaralah yang perlu mengambil peran utama. Dan itu hanya bisa dengan kwalifikasi pemimpin dan penegak hukum yang benar-benar mau berkorban demi rakyat, berjuang untuk masyarakat, tidak egois dan menegakkan hukum dengan benar dan adil.
Kapan ya kita punya para pemimpin dan penegak hukum seperti itu?

Jumat, 11 Desember 2009

Satuan dan Dimensi

Catatan : Untuk Pasal ini perlu diingatkan catatan pada Pasal II tulisan ini

V. Satuan Usaha/Energy, Daya/Power dan Elektromagnetik.

5.1. Satuan Usaha atau Kerja (FL atau ML2T-2).
Bila suatu gaya bekerja pada sebuah objek dan objek itu berpindah sejauh L selama gaya itu bekerja maka dikatakan gaya telah melakukan usaha atau kerja (“work”) sebesar gaya x L .
Pada Sistim Dinamis, dimensi gaya dapat dilambangkan oleh MLT-2 sehingga lambang dimensi usaha adalah MLT-2 x L = ML2T-2. ( Karena yang didefinisikan adalah massa, sedang gaya dihitung – lihat Pasal 2.2). Pada Sistim Statis, lambang dimensi usaha atau kerja adalah F x L = FL (Karena gaya didefinisikan dulu, sedang massa dihitung).
Satuan usaha/kerja dalam Sistim Dinamis Besar adalah satuan gaya x satuan jarak/panjang yaitu 1 newton x 1 meter = 1 newton-meter. Satuan ini disebut 1 joule disingkat J, artinya
1 joule(J ) = 1 newton-meter.
Untuk Sistim Dinamis Kecil - cgs, satuan usaha atau kerjanya adalah 1 dyne x 1 cm = 1 dyne-cm. Nilai ini disebut 1 erg. Jadi
1 erg = 1 dyne-cm.
Dapat dihitung 1 joule = 105 dyne x 100 cm = 107 erg.
Satuan usaha/kerja dalam Sistim Statis Besar adalah 1 kgf-meter = 1 kgf-m.
Walaupun dalam buku-buku sains Sistim Statis tidak dipakai, satuan usahanya atau disebut juga satuan kerja mekanisnya masih tetap dipakai dalam ilmu-ilmu teknik, dan kita akan membicarakannya lagi nanti.
Satuan usaha atau kerja dalam dalam Sistim Statis Kecil adalah 1 gf-cm.
Pada Sistim Inggeris, satuan usaha atau kerjanya juga dua macam yaitu untuk masing-masing Sistim MLT dan Sitim FLT.
Satuan usaha Sistim Inggeris – MLT adalah 1 poundal-ft, dan satuan usaha untuk Sistim Inggeris – FLT adalah 1 lbf-ft. Kedua satuan ini tetap dipakai sampai sekarang termasuk dalam buku-buku teknik, dan akan dibicarakan lagi nanti..

5.2. Satuan Daya (FLT-1 atau ML2T-3)
Daya atau “power” adalah besarnya usaha/kerja yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu. Satu satuan daya adalah daya sebesar satu satuan usaha per satuan waktu. Lambang dimensi satuan daya untuk Sistim Statis/FLT adalah FL/T atau FLT-1, sedang lambang dimensi satuan daya untuk Sistim Dinamis/MLT adalah ML2T-2/T atau ML2T-3.
Dalam Sistim Dinamis Besar (MLT) satu satuan daya adalah 1 joule per second. Angka ini didefinisikan sebagai 1 watt, atau dengan perkataan lain
1 watt = 1 J/s.
Dalam Sistim Statis Besar, satuan daya adalah 1 kgf-m/s.
Dalam bidang teknik ditentukan besaran daya
1 Tenaga Kuda (HP) = 75 kgf-m/s.
Dari Pasal 2.3 diketahui 1 kgf = 9,806 65 N, maka:
1 HP = 75 x 9,806 65 N-m/ sec = 735,498 75 N-m/sec dibulatkan
1 HP = 736 watt.
Untuk Sistim Ingeris, ditentukan 1 HP = 550 lbf-ft/sec, dan dihitung:1 lbf = 0,454 kgf.
Bila dihitung kedalam satuan metrik maka 1 HP = 550 x 0,454(kgf/lbf) x 0,3048(m/ft) x 9,806 65 (N/kgf)/s = 746,370 N-m/s = 746,37 N-m/s dibulatkan 1 HP = 746 watt.
Besaran 1 HP yang berbeda-beda tersebut tetap dipergunakan tergantung sistimnya.
Bila memakai Sistim Statis 1 HP = 75 kgf-m/s = 736 watt, dan bila memakai Sistim Inggeris 1HP = 550 lbf/s = 746 watt .
Dalam Sistim Internasional (yang dibahas pada Bab khusus), kecendrungan memakai 1 HP = 746 watt namun istilah Tenaga Kuda (HP) tidak masuk dalam SI sebab HP adalah satuan teknik/engineering.
Untuk penyederhanaan, dalam bidang teknik sering dipakai nilai 1 HP = 750 watt.
Catatan :Lihat juga Tabel 8.3.6. (Faktor Konversi).

5.3. Satuan Tenaga atau Energy (FL atau ML2t-2).
Tenaga adalah hasil perkalian daya dengan waktu-pakai daya tersebut. Apabila misalnya suatu daya sebesar 1 watt dipakai selama 1 jam maka tenaga atau energy yang terpakai adalah 1 watt x 1 jam = 1 wattjam.disingkat 1 Wh. Apabila daya sebesar 1 kilowatt (= 1.000 watt) dipakai selama 1 jam maka tenaga/energy terpakai adalah 1 kilowattjam disingkat 1 kWh.
Maka 1 kWh disebut satuan tenaga/energy
Lambang dimensi tenaga/energy didapat dari hasil kali lambang dimensi daya dikalikan lambang dimensi waktu. Jadi untuk Sistim Statis lambang dimensi tenaga/energy adalah FL, dan untuk Sistim Dinamis lambang dimensi tenaga/energy adalah ML2T-2.
Itu berarti lambang dimensi satuan tenaga/energy adalah sama dengan lambang dimensi satuan usaha, jadi: Masing masing satuan usaha adalah sejenis dengan satuan tenaga/energy dan karenanya dapat saling dikonversikan. Contoh :
1 kWh = 1.000 Joule x 1 jam/detik = 3.600.000 Joule = 3.6 x 106 N-m.
Tenaga/energy yang dibicarakan diatas dihitung dari waktu pakai dari suatu daya, dan karenanya disebut sebagai tenaga/energy mekanis. Untuk penyederhanaan, dari beberapa jenis energy, satuan-satuan yang akan dibahas disamping satuan energy mekanis adalah satuan energy panas dan satuan energy listrik.
Kita akan membicarakan lagi dasar-dasar satuan enrgy panas dan listrik ini dalam pasal tersendiri dibawah ini.

5.3.1. Pengertian Panas
Ada dua kategori dalam membicarakan panas:
Hal yang berhubungan dengan kwalitas panas disebut temperatur, dan yang berhubungan dengan kwantitas panas disebut banyaknya panas atau energy panas.

Temperatur – Pada awalnya ada tiga macam skala untuk mengukur temperatur, yaitu skala Celsius, skala Fahrenheit dan Reamur. Skala Reamur sangat jarang digunakan dan karena itu tidak dibahas dalam tulisan ini.
Seorang bernama Celsius mengukur temperatur air yang hampir membeku dan memberi angka 0 pada thermometer. Kemudian diukur temperatur air yang sedang mendidih pada tekanan atmosfer, maka petunjuk pada thermometer diberi angka 100. Jarak antara titik 0 dan 100 dibagi rata dan diberi nilai 0, 1, 2, 3, dan seterusnya sampai 100. Skala dibagi rata karena thermometer yang dipakai adalah jenis air raksa, dimana pemuaiannya hampir sama pada setiap temperatur yang diukur.
Seorang bernama Fahrenheit melaukan hal yang sama, namun pada air yang sedang membeku diberinya nilai 32 dan pada air mendidih diberi nilai 212. Jarak antara 32 dan 212 dibagi rata dalam 180 bagian, dan diberi angka sesuai posisinya. Dengan skala yang sama, dibuat garis bagi kebawah sampai didapat nilai 0.
Dari penjelasan diatas diartikan 0oC sama dengan 32oF, dan skala 1 oF sama dengan 180/100 skala 1 oC atau skala 1 oF = 1,8 oC. Bila temperatur diberi lambang t maka dapat dirumuskan hubungan:
toF = (toCx1,8)+32 atau toC = (toF-32)/1,8
Seorang bernama Kelvin mengamati, terjadinya perubahan fasa dari gas menjadi cair adalah karena merapatnya molekul-molekul atau berkurangnya jarak getaran molekul suatu zat akibat turunnya temperatur. Begitu pula perubahan fasa dari cair menjadi padat adalah akibat berhentinya gerakan molekul sehingga makin rapat dan hanya bisa bergetar. Apabila temperatur diturunkan lagi getaran molekul makin lambat dan akhirnya berhenti sama sekali ketika temperature mencapai batas terendah. Kelvin menemukan bahwa semua zat di alam ini akan membeku dan semua molekulnya akan berhenti bergetar pada temperatur -273,15 oC. Temperatur tersebut dinamakannya 0 derajad mutlak atau 0 K. Dapat dipahami bahwa temperature Kelvin berhubungan dengan termodinamika, sehingga temperatur Kelvin disebut sebagai temperatur termodinamika. Skala yang dipakai Kelvin sama dengan skala yang dipakai Celsius, sehingga 0oC = 273,15 K dan 100oC = 373,15 K. Dengan demikian hubungan temperetur Kelvin dengan Celsius dapat ditulis:
tK = toC + 273,15 atau toC = tK – 273,15..
Hubungan temperature Kelvin dengan Fahrenheit terlihat dalam 373,15 K = 212oF , 273,15 K = 32 oF dan skala 1 K = 1 oF/1,8 sehingga dihitung:
tK = (toF + 459,67)/1.8
Seorang bernama Rankine membuat skala berdasarkan skala Fahrenheit, namun temperatur 0 oR dibuat sama dengan 0 K. Dengan demikian tititk didih air adalah 1,8 x 373,15 oR = 671,67 oR dan titik beku air 1,8 x 273,15 oR = 491,67 oR. Maka didapat hubungan temperatur Kelvin dan Rankine :
tK = toR/1,8
Lambang dimensi temperatur ditetapkan t dalam oC atau oF dan T dalam K.

Tenaga Panas - Telah dibuktikan bahwa salah satu jenis tenaga/energy adalah panas. Oleh karena itu ditetapkan suatu satuan untuk tenaga/energy panas, satuan mana dapat dikonversikan kedalam satuan tenaga mekanis.
Dalam Sistim Metrik, satuan banyak panasnya disebut 1 kalori disingkat kal atau cal.
Satu kalori adalah banyak panas yang diperlukan untuk menaikkan temperatur 1 grammassa air sebesar 1 oC (Celsius) dari temperatur 14,5 oC ke 15,5 oC pada tekanan atmosfir.
Dari berbagai percobaan didapatkan bahwa ternyata banyak panas yang diperlukan untuk menaikkan temperature air sebesar 1 oC relatif hampir sama disetiap temperatur, sehingga kata-kata “14,5 oC ke 15,5 oC” tidaklah terlalu berarti secara teknis.
Dalam Sistim Inggeris, satuan banyak panasnya disebut 1 British Thermal Unit (1 BTU).
Satu Btu adalah banyak panas yang diperlukan untuk menaikkan temperature 1 lbmassa air sebesar 1o F{Fahrenheit) dari temperatur 63o F ke 64o F pada tekanan atmosfir. Sesuai penjelasan diatas, secara teknis, batasan antara 63o F dan 64o F tidaklah terlalu berarti.
Dari percobaan-percobaan didapatkan konversi antar sesama tenaga panas dan antara tenaga panas dengan tenaga mekanis sebagai berikut (angka-angka dibulatkan):
1 kalori (kal) = 4,2 Joule = 4,2 N-m = 4,2 kgmassa-m/s2.
1 kilo kalori (kkal) = 1.000 kal = 4200 Joule.
1 Btu = 252 kal = 778 lbf-ft .Tenaga listrik1 kWh setara dengan tenaga panas 3,6 x 106 Joule = 857,1428 kkal = 3.401,3 BTU. Walaupun setara, SI menetapkan bahwa ukuran tenaga selain tenaga listrik tidak dibolehkan memakai satuan kWh. Satuan SI untuk tenaga/energy hanya Joule, kecuali untuk energy listrik boleh dalam kWh (Lihat Bab VIII).

5.3.2. Satuan Tenaga Panas dan Thermodinamika
Pengetahuan tentang energy panas/thermodinamika diperlukan tidak hanya dalam bidang teknik mekanika,kimia,fisika dan teknik lainnya namun juga dalam bidang perdagangan.

MMBTU, MBtu dan MJ/GJ – Untuk menentukan nilai jual bahan penghasil energy panas seperti bahan bakar minyak, gas dan batubara misalnya, harga sering dinyatakan dalam satuan US $ per MMBTU (Million British Thermal Unit). Cara penulisan MM ini sesungguhnya tidak tepat karena M diartikan ribu, dan MM diartikan juta, jadi singkatan tak sesuai dengan kepanjangannya. Karena itu Standar Internasional (SI) , menghapuskan cara penulisan seperti ini dan harus disesuaikan dengan “SI Prefixes” seperti dinyatakan dalam Tabel 8.1.3 namun sampai saat ini cara penulisan dalam perdagangan masih dipakai. Berdasarkan SI Prefixes, seharusnya M diartikan mega yang berarti juta, sehingga penulisan MMBTU seharusnya MBtu. Oleh karena satuan energy dalam SI adalah joule dengan singkatan J, maka seharusnya MBtu dikonversi kedalam MJ (mega joule) atau GJ (giga joule) dimana 1 MBtu = 1055,056 MJ = 1,055056 GJ.
Penentuan harga jual seperti itu didasarkan bahwa panas pembakaran (calorific value) dari bebagai jenis minyak, berbagai jenis gas maupun batubara karena masing-masing jenis tidak menghasilkan jumlah panas yang sama per satuan volume atau persatuan berat bahan yang dibakar.
Secara ringkas, berikut ini diberikan definisi-definisi dan beberapa pengertian:

Sifat/Property – Sifat atau property suatu zat adalah karakter yang dapat diamati dari suatu zat atau suatu system. Sejumlah jenis sifat yang “independent” menentukan keadaan atau state dari zat tersebut (padat, cair atau gas). Sifat thermodinamika yang umum adalah temperatur ( T ), tekanan ( P ), dan specific volume ( ) atau massa jenis ( ). Sebagai tambahan sifat termodinamika adalah internal energy ( u ), enthalpy ( h ), dan entropy ( s ). Sifat yang dimaksud disini adalah sifat inidividu zat, baik dalam proses fisika maupun bukan , namun tidak termasuk sifat yang berhubungan dengan proses kimia seperti pembakaran dan reaksi kimia lain.

Temperatur – Satuan temperatur sudah dijelaskan pada Pasal 5.3.1 diatas.

Tekanan – Telah dijelaskan pada Pasal 4.4 satuan tekanan pada Sistim FLT adalah kgf/m2 dan pada Sistim MLT adalah N/m2 (= pascal). Pada Sistim Inggeris – FLT, satuan tekanannya adalah lbf/ft2 dan pada Sistim Inggeris – MLT adalah poundal/ft2.

Panas - Panas adalah bentuk tenaga yang dapat dialirkan/dipindahkan dari suatu benda ke benda lainnya akibat perbedaan temperatur. Penambahan panas pada suatu bahan dapat menaikkan temperaturnya atau mengubah fasanya, misalnya mengubah air (fasa cair) menjadi uap (fasa gas).
Sebagai contoh proses penambahan panas, kita amati air dalam suatu wadah tertutup. Apabila air dipanaskan, panas yang diberikan akan menaikkan temperatur air, sampai pada temperatur dimana sebagian air mulai menguap (berubah menjadi fasa gas). Pada keadaan tersebut, yaitu pada saat adanya percampuran fasa cair (air) dengan fasa gas (uap), penambahan panas tidak akan menaikkan temperatur sampai seluruh air berubah menjadi uap. Jika seluruh air telah menjadi uap (fasa gas) dan pemanasan dilanjutkan maka barulah temperatur uap akan naik, dan uap tersebut disebut “superheated steam”. Keadaan dimana fasa cair berubah menjadi uap, disebut temperatur uap kenyang atau “saturated”. Temperatur uap kenyang ditentukan oleh tekanan pada permukaan air dalam wadah. Makin tinggi tekanan, makin tinggi temperatur uap kenyangnya..

Panas jenis / specific heat – Panas jenis suatu zat adalah jumlah panas yang diperlukan untuk menaikkan temperatur satu satuan massa zat tersebut sebesar satu derajat. Dalam satuan MLT-cgs, massa adalah dalam gram-massa, temperatur dalam oC dan satuan panas adalah kalori, maka panas jenis air adalah 1 kal/g.oC. Begitu pula dalam satuan MLT- Inggeris, massa adalah dalam lb-massa, temperatur dalam oF dan satuan panas adalah Btu, maka panas jenis air adalah 1 Btu/lb.oF. Perlu diingat, nilai panas jenis suatu zat bervariasi, tergantung temperatur dan tekanan.

Specific volume – Specific volume ( ) dari suatu zat adalah volume yang dimiliki oleh satu satuan massa dari zat tersebut. Satuannya m3/kg atau dalam satuan Inggeris cu-ft/lb.

Internal energy – Internal energy ( u ) dari suatu zat adalah energy yang tersimpan dalam suatu zat yang disebabkan interaksi dari molekul-molekulnya. Satuan internal energy adalah satuan energy (panas) per satuan massa misalnya kal/g, atau k.kal/kg atau dalam satuan Inggeris Btu/lb.

Enthalpy – Enthalpy ( h ) adalah salah satu karakter suatu zat yang didefinisikan dengan formula h = u + P. . Mari kita telaah satuan P. dalam sistim FLT yaitu (kgf/m2) x (m3/kg) menjadi kgf.m/kg ternyata satuan energy per satuan massa. Bila dalam Sistim MLT, satuan P. adalah (N/m2) x (m3/kg) menjadi N.m/kg atau J/kg yang juga satuan energy per satuan massa. Jadi satuan enthalpy sama dengan satuan internal energy yaitu satuan energy per satuan massa. Yang perlu diperhatikan adalah faktor pengali atau pembagi sewaktu mengkorversikan satuan energy mekanis menjadi satuan energy panas.

Entropy – Entropy (s) adalah ukuran energy yang ditentukan oleh ketidak beraturannya suatu zat, jadi sifat ini dapat dikatakan misterius. Dapat juga diartikan sebagai yang terbuang dalam suatu proses thermodinamika. Misalnya sewaktu expansi uap dalam suatu turbin, bila entropy tetap, tidak ada energy yang terbuang. Bila ada gesekan misalnya maka entropy membesar/naik, maka ada energy yang terbuang dan tidak dapat diubah menjadi kerja/usaha. Suatu ekspansi zat/gas/uap yang paling efisien terdapat pada proses “constant entropy”. Proses tersebut dinamakan proses “isentropic”.
Satuan entropy sama dengan satuan enthalpy dan satuan internal energy.

Karakteristik energy kimia – Karakteristik energy kimia suatu zat yang yang umum adalah energy panas pembakaran (oksidasi), panas hasil reaksi ikatan kimia dua atau lebih zat (yang bukan dengan oksigen), dan panas hasil reaksi penguraian kimia suatu zat. Ini meliputi calorific value, reaksi exotherm dan reaksi endotherm. Karakteristik energy kimia yang dibicarakan disini tidak termasuk energy nuclear.

Calorific value – didefinisikan sebagai nilai banyaknya panas yang dihasilkan pada pembakaran satu satuan massa bahan bakar padat atau cair.Untuk bahan bakar gas, nilai ditentukan dari hasil pembakaran satu satuan volume pada tekanan standard/atmospheric.
Bahan bakar padat yang umum adalah batubara dengan berbagai jenis kelembaban, tingkat volatilitas dan nilai abu (ash) teertentu, memiliki calorific value antara 6 800 – 14 300 Btu/ lb. Dengan uraian pada Pasal 5.3.1, nilai tersebut bisa dikonversikan kedalam k.kal / kg dan satuan lainnya. Makin rendah kelembaban dan volatilitas batubara, makin tinggi calorific value-nya.
Bahan bakar cair yang umum adalah bahan bakar minyak (fosil) yang diolah dari crude oil menjadi diesel fuel (solar), gasoline (bensin), kerosene (minyak tanah), burning fuel (minyak bakar), residue dan sebagainya. Calorific value dari bahan bakar minyak fosil berkisar antara 15 000 – 20 000 Btu/lb.
Bahan bakar gas yang umum adalah gas alam (natural gas). Gas alam pada umumnya terdiri dari bagian terbesar methane (CH4), sebagian kecil hydrocarbon lain khususnya ethane (C2H6). Juga terdapat sedikit carbon dioksida (CO2) dan nitrogen (N2) dan kadang- kadang juga mengandung hydrogen sulfide (H2S). Apabila natural gas dihasilkan dari ladang minyak, biasanya gas akan tercampur dengan hydrocarbon yang berat (rantai carbon lebih panjang) dan biasanya perlu pemisahan dengan proses khusus.
Gas alam dipasarkan bisa dalam bentuk gas (dialirkan melalui pipa ke pemakai) dan bisa juga dalam bentuk cair dengan dmampatkan/bertekanan tinggi disebut liquefied petroleum gas (LPG). Untuk mempermudah transportasi, gas alam yang tanpa proses dikompresi menjadi liquefied natural gas (LNG). Di Indonesia LPG dipakai untuk konsumen dalam negeri sedang LNG diexport ke pembeli di luar negeri.
Calorific value dari gas alam berkisar antara 950 – 1300 Btu/cu.ft pada tekanan standard.

Reaksi exotherm – Reaksi exotherm adalah reaksi kimia penggabungan atau pemisahan antara dua atau lebih unsur atau molekul yang mengeluarkan/menghasilkan panas. Sebagai catatan, oksidasi atau pembakaran adalah termasuk reaksi penggabungan exotherm.

Reaksi endotherm – Reaksi endotherm adalah reaksi kimia penggabungan atau pemisahan dua atau lebih unsur atau molekul yang memerlukan tambahan panas atau energy yang dibutuhkan untuk berlangsungnya proses reaksi..

Hukum Pertama thermodinamika – Hukum pertama thermodinamika menyatakan bahwa energy tidak bisa diciptakan dan tidak bisa dihilangkan, namun energy hanya dapat berubah bentuk. Untuk suatu sistim yang berada dalam keadaan steady dapat dikatakan bahwa jumlah energy yang masuk sama dengan jumlah energy yang keluar dari sistim. Bila diaplikasikan pada boiler, turbin, dan peralatan lain dengan cara mengubah panas menjadi kerja atau sebaliknya mengubah kerja menjadi panas, hukum ini dituliskan dengan bentuk formula:
Q + h1 = W + h2
dimana Q = (energy) panas yang masuk kedalam sistim
W = (energy) kerja yang keluar dari sistim
h1 = enthalpy dari fluida yang masuk kedalam sistim
h2 = enthalpy dari fluida yang keluar dari sistim
Terlihat bahwa Q, W dan h dapat dijumlah atau diperkurangkan, artinya satuan-satuannya adalah sama yaitu Btu atau kalori, karena energy panas dapat dikonversikan menjadi energy kerja (mekanis) seperti telah diuraikan sebelumnya.

Boiler – Pada boiler tidak ada kerja (mekanis) yang dihasilkan, maka aliran panas yang masuk sistim semuanya akan berubah menjadi kenaikan enthalpy. Maka pada boiler, tidak ada W, maka panas yang diberikan oleh bahan bakar diubah menjadi kenaikan enthalpy air yang masuk (h1) menjadi enthalpy uap yang dikeluarkan boiler (h2). Dan formula hukum pertama menjadi Q = h2 – h1.

Turbin Uap – Turbin uap justru mengubah panas dari fluida yang masuk menjadi kerja mekanis W, namun uap yang keluar dari turbin setelah ber-ekspansi tetap masih memiliki enthalpy (h2). Dalam hal ini terjadi penurunan enthalpy uap yang masuk (h1) menjadi enthalpy uap yang keluar (h2) dan menghasilkan kerja (mekanis) W, dan karena panas yang hilang kecil dan dapat diabaikan, dianggap tidak ada penambahan atau pengurangan panas Q. Formula hukum pertama menjadi W = h1 – h2.
Pada turbin uap pembangkit listrik, turbin memutar generator, sehingga W diubah menjadi energy listrik, seperti terdapat pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).
Walaupun tidak termasuk thermodinamika, berikut diberikan sedikit penjelasan tentang turbin air, untuk perbandingan dengan turbin uap.

Turbin Air – Air yang masuk kedalam turbin air memiliki kecepatan tinggi setelah energy potensial air (pada tempat yang tinggi) diubah menjadi energy kinetis dalam pipa pesat yang menuju turbin. Disini faktor energy panas tidak berpengaruh, jadi hanya berlaku hukum kekekalan energy. Pada turbin air pembangkit listrik, turbin memutar generator, sehingga mengubah energy kinetis (mekanis) menjadi energy listrik, seperti terdapat pada Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).

Hukum Kedua Thermodinamika – Walaupun ada kesetaraan energy panas dengan kerja (energy mekanis) tidak berarti kita dapat mengubah bentuk-bentuk energy sebebasnya. Hukum kedua thermodinamika dinyatakan dalam berbagai bentuk formula dan pernyataan, yang secara sepintas tidak terlihat hubungan masing-masing pernyataan tersebut. Dalam pembicaraan ini yang akan dibahas adalah salah satu bentuk pernyataan hukum kedua yang menyatakan: “Semua energy kerja dapat diubah menjadi panas, namun tidak semua energy panas dapat diubah menjadi energy kerja”.
Perbandingan antara jumlah energy kerja yang dapat dihasilkan dari total energy panas yang terlibat dinyatakan sebagai efisiensi konversi yang diberi notasi e.
Maksimum besarnya e dihitung pada keadaan yang disebut ideal: Misalkan ada sumber panas dengan temperatur tetap yang tinggi T1, dimana bagian panas yang tak dapat diubah menjadi kerja ditampung pada suatu reservoir misalnya atmosfir atau air dalam jumlah sangat besar sehingga penambahan panas tidak dapat mengubah temperaturnya yang rendah T2, dan media kerja yang cocok misalnya uap atau udara yang menggerakkan piston atau torak dalam silinder yang kedap gas. Dianggap piston bergerak tanpa gesekan dalam silinder yang dibuat, sehingga panas dari sumber temperatur tinggi mengalir ke media kerja (menggerakkan piston) dan membuang sisa panas ke reservoir temperatur rendah T2. Seorang bernama Sadi Carnot menunjukkan keadaan ideal apabila:
- Panas yang dialirkan dari sumber panas ke media kerja (fluida kerja) dipindahkan pada temperatur tertinggi yang mungkin yaitu temperatur sumber T1.
- Panas yang tak dapat diubah menjadi energy kerja ditolak menuju temperatur paling rendah yang mungkin yaitu temperatur reservoir T2.
- Expansi dari media (fluida) kerja dari T1 ke T2, dan juga kompresi dari T2 ke T1 terjadi tanpa gesekan atau perpindahan panas.
Dari syarat-syarat ideal diatas didapat maximum efisiensi:
= e = (T1 – T2)/T1 = 1 – T2/T1
dimana W = kerja yang dihasilkan
Q = panas yang masuk ke media (fluida) kerja.
Formula diatas juga merupakan pernyataan dari hukum kedua. Jelas terlihat bahwa tak mungkin W = Q , karena e tidak mungkin =1.

Jumat, 25 September 2009

Dasar-Dasar Tata Bahasa-Bahasa Indonesia

4. Mengenal arti kata dari asal kata
Bahasa Indonesia terbentuk dari induk bahasa Melayu, yang seiring perjalanan waktu diperkaya oleh berbagai bahasa daerah dari seluruh wilayah nusantara. Sebetulnya sebagian kosa kata bahasa Melayu sendiri berasal dari berbagai bahasa asing seperti Cina, Arab, India, Potugis, Belanda dan Inggeris.
Peng”indonesiaan” bahasa-bahasa asing tersebut semula berjalan normal sesuai dialektika bahasa Melayu yang cukup modern pada jamannya. Namun dalam perkembangan teknologi yang makin modern, peng”indonesian” bahasa asing menjadi lebih rumit.
Penterjemahan kata asing sering tidak sejalan dengan pengertian dalam teknologi, sehingga seorang insinyur misalnya, bisa tidak mengerti arti kosa kata dalam tulisan mengenai teknik yang dibuat dalam bahasa Indonesia hasil terjemahan. Ia bisa lebih mengerti apabila ditulis dalam bahasa aslinya misalnya bahasa Inggeris.
Begitu juga dalam bidang-bidang lainnya.
Dalam pengertian kosa kata ada beberapa sumber yang dapat diperhatikan:

Akar kata
Suatu kata yang asli dapat terbentuk dari apa yang disebut akar kata. Akar kata biasanya berupa satu suku kata yang diambil dari sifat yang “sejenis” atau “setara” dalam dialek atau suara Melayu.
Dengan pengertian terhadap akar kata, seorang yang berbahasa ibu bahasa Melayu akan mudah mengerti maksud kata itu, walaupun dibolak balik ataupun huruf hidupnya diganti. Beberapa contoh akar kata dapat diberikan sebagai berikut:
- at , bandingkan kesetaraan kosa kata: kilat, cepat, silat, sikat, lompat.
- ap , bandingkan kesetaraan kosa kata: gelap, sulap, endap, sekap.
- gamang, geming : takut (aslinya takut jatuh).
- morat-marit : hancur/dikalahkan, berantakan.
- luluh-lantak : habis/musnah.
- ling, bandingkan kestaraan kosa kata : guling, galing (goyah, mudah jatuh), giling, (ber)paling.
- lung dan lang, bandingkan kesetaraan gulung, kalung, gelung, gelang
- haru-biru : sangat sedih
- it , bandingkan kesetaraan kosa kata : sulit, pelit, sempit.
- lam , bandingkan kesetaraan kosa kata : malam, kelam, selam, dalam.
- kibar, kobar, debar, dengan pengertian bergelora.
.
Akar kata juga dapat terbentuk dari suara yang dikeluarkan sesuatu, menurut telinga suatu masyarakat. Ayam disebut berkokok karena masyarakat Melayu mendengar suara ayam “kokok”.
Hal yang sama terjadi pada masyarakat Jawa Barat (Sunda), karena mereka mendengar suara ayam “kukuruyuk”, maka dalam bahasa Sunda disebut ayam kukuruyuk. Selain itu dapat diberikan pula :
- meong , suara kucing.
- cicit , suara burung atau suara tikus.
- lenguh , suara sapi atau kerbau.
- embik atau embek , suara kambing.
- aum , suara harimau.
Kosa kata suara-suara diatas adalah menurut pendengaran orang Melayu, menjadi bahasa Indonesia.

Kata asli dan terjemahan
Seperti dijelaskan diatas, sebenarnya sangat sedikit kosa kata yang berasal dari akar kata bahasa di Nusantara. Sebagian besar berasal dari bahasa Arab, Cina, India, Portugis, Spanyol, dan Inggeris. Oleh karena pemakaian kosa kata itu sejalan dengan dialek Melayu yang kemudian menjadi dasar Bahasa Indonesia, tanpa terasa, kosa kata tersebut telah menjadi kosa kata asli Bahasa Indonesia.
Berbeda dengan kosa kata yang diterjemahkan belakangan, karena tidak dipakai dalam budaya Melayu sebelumnya, kosa kata tersebut tetap saja terasa tidak asli. Nah, penterjemahan yang disebut terakhir inilah yang penulis maksud sering tidak sesuai dengan pengertian sunggguhnya. Hal ini lumrah terjadi karena bahasa bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri, tetapi berkembang bersama dengan bidang budaya lain.
Oleh karena budaya Melayu sebelumnya belum cukup moderen, maka bahasa Melayu yang menjadi cikal bakal Bahasa Indonesia belum cukup moderen, sehingga jumlah kosa katanya tak mampu menunjang perkembangan teknologi moderen. Muncullah terjemahan-terjemahan yang kadang-kadang tak cocok dengan maksud kosa kata itu dalam bahasa aslinya.
.
Penulis berpendapat, lebih baik memakai kosa kata aslinya dalam bahasa asing yang ditulis dengan ejaan bahasa Indonesia dari pada mencari-cari padanan atau terjemahan kedalam bahasa Indonesia. Penterjemahan yang dipaksakan sering membingungkan.
Keuntungan lain dalam memakai kosa kata asli untuk istilah ekonomi, teknik dan sains adalah membiasakan pengguna untuk memakai istilah-istilah yang berlaku secara internasional, sehingga memudahkannya untuk berkomunikasi dalam bidang tersebut secara global.
Cara ini dipraktekkan oleh Malaysia.

Kata yang diciptakan
Seiring dengan perkembangan teknologi, menemukan kosakata asli untuk sesuatu yang baru menjadi sulit. Para pakar menciptakan kosakata tertentu baik berupa singkatan maupun berupa kata baru yang bunyinya mendekati kosakata bahasa asingnya.
Contoh :
rudal sebagai terjemahan “guided missile” adalah singkatan dari peluru kendali;
dampak adalah kata ciptaan, yaitu padanan kata “impact” dalam bahasa Inggeris.

Kata yang digali dari bahasa daerah di Nusantara
Banyak kosakata yang tadinya tidak ada dalam Bahasa Indonesia, diambil dari hasil penelusuran bahasa-bahasa daerah di Nusantara, ada yang sengaja dicari ada pula yang diusulkan oleh anggota masyarakat yang peduli.
.
Ditemukanlah kosakata :
- mantan sebagai pengganti kata “bekas” (pejabat) yang diambil dari suatu bahasa daerah di Sumatera Selatan, contoh: mantan lurah, mantan menteri, mantan presiden dan sebagainya, sebagai pengganti ungkapan bekas lurah, bekas menteri, bekas presiden.
- canggih sebagai terjemahan yang cocok untuk kata “sophisticated”, diambil dari bahasa daerah Jawa.

Kata asing yang ditulis dalam ejaan Bahasa Indonesia, sesuai bunyi aslinya
Pembentukan kosakata dengan cara ini sangat menguntungkan, karena pemakai akan terbiasa mendengar ucapan bahasa asing aslinya, sehinggga memudahkan komunikasi secara global.
Contoh:
- teknologi (technology), tsunami (tsunami), enerji (energy), filosofi (philosophy), kandidat (candidate), stimulus (stimulus – dari kata kerja stimulate), koperasi (cooperation), mikro-hidro (micro-hydro), mekanik (mechanic), mekanis (mechanical), biologi (biology), rotasi (rotation), donasi (donation), dan sangat banyak kata lainnya.
Apabila kata-kata jenis tersebut diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia dengan kosakata yang “dipaksakan”, justru dapat mengaburkan artinya yang benar, dan pada tahap tertentu menghambat komunikasi dalam bahasa asing.